Wednesday, December 31, 2008

BRB (Bukan Resolusi Biasa)

2009 sudah di depan mata. Setidak-tidaknya bagi saya. Sungguh cepat. Super ekspress. Tak ada yang bisa mengalahkan kecepatan kereta besar, kuat, dan gagah yang saya tumpangi sejak 19 tahun yang lalu ini.

Tanpa saya, anda, atau mereka sadari, tahun demi tahun berganti dan kita terus berlari-lari sambil merobek lembar demi lembar kalender. Tahun baru. Tahun baru imlek. Valentine. Hari Kartini. Hari pendidikan. Hari kemerdekaan. Idul Fitri. Hari Sumpah Pemuda. Hari Pahlawan. Idul Adha. Tahun Baru Hijriah. Hari Ibu. Natal. Tahun baru lagi. Di antara hari-hari besar itu, terselip hari ulang tahun, hari ulang tahun pernikahan, hari jadian, hari kematian, dan hari-hari yang lainnya.

Ya, lembar demi lembar yang telah kita robek terus menerus hadir kembali. Kembali lagi ke tahun baru masehi untuk yang ke 2009 kalinya, saya bertanya, apakah kita bergerak maju? Ataukah selama ini kita hanya melakukan usaha nol, menghabiskan energi, dan kembali lagi ke titik yang sama?

Terserah mau dianggap kembali ke titik yang sama dan melakukan usaha nol atau apa, tapi yang jelas, begitu banyak perubahan yang terjadi dari robekan-robekan kalender yang terulang kembali itu. Tak perlu jauh-jauh sampai ke USA untuk melihat Obama, si pembawa perubahan dalam sistem pemerintahan Amerika serikat, lihat saja ke dalam hati anda masing-masing. Apakah anda berubah? Dan jawabannya adalah iya. Saya berubah. Anda berubah. Semua orang berubah.

Perubahan. sebuah bukti nyata bahwa anda tidak melakukan usaha nol.

Tahun berganti, dan tentunya kita semua mengharapkan perubahan. Ada yang mau berubah menjadi lebih sabar, ada yang mau menjadi lebih rajin, ada yang mau mencoba lebih merawat diri, ada yang mau berubah jadi begini, ada yang mau berubah jadi begitu, ada juga yang mau berubah menjadi spiderman, tapi tak bisa.

Perubahan yang diharapkan inilah yang sering disebut resolusi dan seolah-olah menjadi tren. Akhir tahun, semua orang bikin resolusi. Ntah nantinya dijalankan atau tidak, yang pentingkan NIATnya.

Dan tahun ini, untuk tahun depan, saya juga mau membuat resolusi. Saya mau membuat perubahan. Saya akui, 2008 bukan tahun yang bagus buat saya. 2008 tahun yang berat, sangat berat malah. Saya merasa sangat fragile setelah semua yang saya hadapi tahun ini, mulai dari (sekali lagi) ditinggalkan oleh orang terdekat saya, tertindas oleh orang lain dan pikiran saya sendiri, sampai sakit ini dan sakit itu.

Resolusi saya buat tahun 2009, yang sangat saya harap bisa jadi sebuah overturning moment bagi saya untuk mendapatkan apa yang saya impikan.

1. Saya mau lebih terbuka. Saya ngga mau ansos sampe overdosis.
Setelah ditinggalkan untuk kesekian kalinya, saya benar-benar merasa ngga ada artinya. Saya mulai menarik diri dari pergaulan dan bermain-main dengan kesendirian saya. Saya takut ditolak. Saya takut ditinggalkan. Dan di tahun yang baru ini, saya mau jadi orang yang baru, yang ngga ansos, yang bisa membuka diri, yang bisa berbaur. Saya akan mencoba mengurangi level ke-ansos-an saya sebanyak-banyaknya. Saya hanya akan ansos pada waktu dan situasi yang tepat, ngga overdosis seperti tahun kemarin.

2. Saya mau jadi orang yang ngga mudah tersinggung.
Selama ini saya sadar kalo saya orangnya mudah tersinggung. Saya merasa ngga ada orang yang mengerti saya. Terkadang saya menyalahartikan apa yang orang lain ucapkan dan lakukan buat saya dan memposisikan diri saya sebagai korban. Iya, bodoh. Iya, lebai. Iya, melo. Saya ngga mau lagi jadi orang yang seperti ini. Saya mau lebih bisa berempati, mengerti apa yang ada di balik semua tindakan dan perkataan orang-orang yang ada di sekeliling saya. Saya ngga mau jump to the conclusion too quickly. Saya harus mengerti orang lain.

3. Saya mau jadi lebih positif.
Saya sulit untuk berpikir positif. Saya mudah despo. Sangat mudah, malah. Dan parahnya, kalo saya udah despo, pengaruhnya ada di kesehatan saya. Saya langsung sakit kalo lagi stress, despo, atau banyak pikiran. Sakit kepala lah. Demam lah. Sakit tenggorokan. Dan yang paling parah, muntah-muntah. Saya ngga mau lagi psikosomatis ini mengganggu hidup saya. Saya harus belajar berpikir positif. Saya harus belajar menghargai dan mensyukuri apa pun yang sudah saya dapatkan dari hasil usaha dan keringat saya. Saya harus positif dalam menghadapi dunia.

4. Saya mau jadi orang yang lebih bisa bersenang-senang
Aneh, tapi satu tahun ke belakang, saya merasa sangat bersalah kepada diri saya sendiri kalo saya terlalu banyak berleha-leha. Saya merasa ngga puas kalo ngga memegang lecture notes. Ntah kenapa, saya kehilangan selera saya untuk bersenang-senang. Saya mau berubah. Hidup cuma satu kali dan harus dinikmati.

Saya harap tahun 2009 ini jadi tahun yang baik buat saya.
Semoga semua makhluk berbahagia.

U're the best I've ever had
~FeN~
Read Comments

Scrabble IHG, my new year's present...

Now is the last day of 2008, although it's still 00.45 AM. I am here now, blog, not to write any resolutions for year ahead. I am here now, blog, not to record all my journeys throughout this little part of my life. I am here now, blog, to tell you that one of my wish list has come true.

Hall 6 (including me) has won the Scrabble IHG!!!
We got GOLD!!!

Yay. I am very happy. After I knew that we won, I forgot the pain, sweats, and tears I felt for this whole week because of so many the-so-long training sessions, I forgot all the time I spared for the three letter words list, I forgot all the nightmare I had about tiles, tiles, and tiles. I just could feel the euphoria. Whoooz. It revived everything.

I don't remember what my first scrabble in this year IHG is. I also didn't remember how much the spread I got for each games. I know nothing except the fact that we deserved to get the gold. Really. We have trained so much. We have done our best. We have fighted together, as a team.

Stifen, the captain.
Ivy.
Jing Lun.
Sudhansu.
Myself, Febrina.
Becky.
Waiji.
Angie.
Kai Yang.
Yannick.
Chris.

We are a team. TEAM.

When I first came back from my holiday, 10 days before the competition, I felt like I was only something. Something, not someone, that everyone ignored. But luckily, I was wrong. We are a team. I am someone, each of them is someone, and all of us is a team.

I was very happy to see our seniors came back. Thanks a lot, PSC. Thanks a lot, K Andri. Thanks a lot, K Anton. They trained us and they motivated us. I was so touched when they all put a big effort to come back although they didn't have to.

We beat all 7 halls we played against at the prelim. Yay, it's very cool.

Hall 6 vs Hall 12  4-1
Hall 6 vs Hall 3    5-0
Hall 6 vs Hall 14  4-1
Hall 6 vs Hall 10  5-0
Hall 6 vs Hall 8    5-0
Hall 6 vs Hall 5    5-0
Hall 6 vs Hall 11   4-1

The spread was also very cool, I think. I cannot really remember, but due to my bad memory, all should be above 500. That's very cool, right?

Then, the match came to the semifinal. We play against hall 16. Ivy played against the strongest player, Stifen played against the captain, and I was partnering with Sudanshu against their double players at table 4. I was so scared that we would not win the game. They got signaling, and they almost made a scrabble word. Luckily, we decided to gamble and challenge them. Then, I put EVET and QUOPS that made them challenge and give me extra points. Haha. And this game, we won by 5-0.

Final came. All of us could feel the smell of champion euphoria as well as the smell of the tears of losing. The chance was 50 : 50 although we hadn't beaten them by 5-0 before. We were still very eager to give our best. We knew that we deserved to get the gold.

Table 1 : Ivy
Table 2 : Stifen
Table 3 : Sudhansu
Table 4 : Febrina n Jing Lun
Table 5 : Becky n Waiji

That's the line up. But we tried to believe everything would be okay. We went inside the fighting arena. We respected our opponent (as PSC told us to do), we put our best effort, and we would win. 

I didn't know what happened at other tables. The one I knew was my tiles were not really good, but we could still win, until they put their scrabble word, TALLIER. They led us, but we managed to catch up, and whoola, I got my scrabble, SNORING. I told Jing Lun and he opened up for me an 'S', but, my bad, I didn't dare to put my word there because I was not sure. I put the thing at other open place. And we lead them by almost 100. 

While I was drawing my tiles, they put eight letter words scrabble. Eight letter, yeah, eight letter, and it went trough two boxes of triple word score, and you know how much it scored? ONE HUNDRED FORTY. I was stunned there, even could not move. What the hell? We just led and they put that super big scoring word, NEEDINGS, through my G there. Again, luckily, Jing Lun healed fast and challenged that weird words. Five points didn't mean anything after one hundred forty hit.

He took back all his tiles, Jing Lun closed the place, I closed another placed. He couldn't put his scrabble and he broke it. Jing Lun closed the board again, his partner opened up for him, I closed. It happened all the way through the end, until we led them by 77.

Phew. I was very happy. That was the most shocking game I had this IHG, and we managed it. Jing Lun, you are a good partner. ^^ .

But, as we walked back to PSC and all Sixians waited for us, I was schocked. Ivy had lost. 1-1. She didn't cry although I knew she wished she could. But she believed that others could save her, because we were a team.

Stifen came back, and he lost. His partner made 2 scrabble word and led him by 180. 1-2. All of us were very scared. How's Sudanshu? How's Becky and Waiji?

2-2. Sudanshu won. Our fate was in table 5's hand. They had to win this game to bring us gold. We waited for so long. We got nervous. We kept praying. We kept shaking.

And, they WON.

We kept shouting. We kept clapping hands. We kept yelling.

I felt very touched when I knew we were the champion. I almost cried.

But I knew, we deserved it.

We had trainings.
We had PSC.
We had Eddie.
We had Ivy.
We had Jing Lun.
We had Ko Andri.

We had TEAMWORK.

We are the champion, my friend
And we'll keep the fighting till the end

U're the best I've ever had
~FeN~

P.S. I am damn happy I haven't been beaten for 2 years consecutively. Lol.
Read Comments

Monday, December 29, 2008

Basah

Turun hujan. Pohon basah, rumput basah, hatiku pun basah. 

Bersiap menghadapi apa yang harus dihadapi.


U're the best I've ever had
~FeN~
Read Comments

Sunday, December 28, 2008

Dilema

Dilema.
Aku tak mau dianggap anak kecil.
Mereka memperlakukanku seolah aku masih memakai popok.

Dilema.
Aku takut jadi dewasa.
Aku tak mau tua.
Mereka menganggap aku sudah terlalu matang untuk dijaga.

Dilema.
Aku bodoh.
Jadi dilema.

U're the best I've ever had
~FeN~
Read Comments

Thursday, December 25, 2008

Merry christmas^^

I found myself couldn't sleep well last night, dunno why. And now I find myself in the middle of christmas day.

First of all, MERRY CHRISTMAS all!!!^^

I don't celebrate christmas, but I like it. I like the decoration, I like the wishes. I like everything related to it as well as I like my chinese new year. Everyone seems very delightful on christmas day, including me, although I'm not celebrating.

But, this year's christmas is my first christmas, alone.
Will it be as good as last year or last last year's christmas?

U're the best I've ever had
~FeN~
Read Comments

Wednesday, December 24, 2008

I need a TV...

Whoaa, this internet is so slow. Hey, this is christmas eve, most people is going back to their homes to celebrate it, I wonder, why the internet is still going that slow, slower than a snail. Sigh. 

I have tried to watch online TV streaming before, and I have known the consequences clearly. But, today is christmas eve. Just a few people use their internet, then I didn't expect my TV to stop working while I was watching my 'Cinta Fitri". Geez.

After finishing my Twilight, I felt like concentrating on my wordlist, so that I didn't continue to read another novel I got illegally. I surfed to find some websites I could go through to watch TV. And for my own reminder, and also for information, these are the sites I found:
1. http://televisindo.blogspot.com
2. http://streaming-nataprawira.com
3. http://imediabiz.tv

Actually, I found quite a lot, but most of them were not working, have been deleted, or need some extra installation which I totally didn't understand. Haha.

Then, if you want my recommendation, I will tell you to go to the second site. Although it needs us to register, it gives better result.

I lost my TV already. So, what should I do now?
Blogging?

U're the best I've ever had
~FeN~
Read Comments

Monday, December 22, 2008

Hari Ibu

Hari yang indah. Hari ibu. Begitu kata mereka. Tayangan-tayangan televisi mulai menampilkan sosok ibu dari berbagai perspektif. Ibu diagung-agungkan. Bahkan tayangan infotainment menunda gosip-gosip hot demi mengedepankan selebriti mencium pipi ibunya.

Tapi kenapa? Kenapa hanya pada tanggal 22 Desember, ibu-ibu di Indonesia mendapat perhatian khusus? Hanya pada tanggal 22 Desember mereka mendapatkan kecupan, kado, dan perilaku manis dari anak-anak mereka. Lantas, ke manakah perginya apresiasi buat mereka di sisa 364 hari lainnya?

Bagi saya, setiap hari adalah hari ibu. Setiap hari, setiap jam, setiap detik, mama saya selalu ada dalam pikiran saya. Serius, Mom, You're always on my mind. Semakin saya bertambah dewasa saya semakin cinta sama mama. Sumpah. Apalagi sejak beberapa pelajaran berharga yang saya dapatkan bahwa orang-orang di luar sana tidak ada yang mau dan mampu sencintai saya sepenuh, setinggi, sebesar, sedalam, seluas mama mencintai saya.

Sungguh. Lagu yang kita pelajari sejak masih memakai popok dan main kejar-kejaran di lapangan TK adalah nyata.

Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi 
Tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia

Bagi saya, setiap hari adalah hari ibu. Setiap hari, cinta saya pada mama selalu tumbuh dan berkembang, menghasilkan bunga yang indah. Bunga yang indah, tapi tetap tak seindah mama.

Mama. Love you forever.

U're the best I've ever had
~FeN~
Read Comments

(Bukan) Senja di Pelabuhan Kecil

Tiada lagi
Aku sendiri
Berjalan menyisir semenanjung
Masih pengap harap
Sekali tiba di ujung
Dan sekalian selamat jalan
Dari pantai keempat
Sedu penghabisan bisa terdekap

Penggalan dari Senja di Pelabuhan Kecil, salah satu puisi favoritku sejak SD. Dulu aku tak terlalu mengerti kata-katanya, tapi aku suka. Bodoh memang. Tapi aku cinta. Biarlah bodoh. Aku tak perduli.

Aku cepat-cepat berjalan meninggalkan gerbang itu. Gerbang yang akan membawa mereka yang kucinta meninggalkanku. Tak sanggup aku berlama-lama melihat mereka berjalan menjauh, menjauh, dan semakin menjauh hingga mereka berbelok di sudut dan lenyap dari pandanganku.

Hujan seketika jadi begitu deras, mengguyur hati dan pikiranku, tapi aku tak mau membiarkannya menguyur wajahku. Aku berjalan semakin cepat agar tak melihat mereka yang kucinta sampai di ujung pandanganku lalu menghilang.

Sekali tiba di ujung
Dan sekalian selamat jalan
Dari pantai keempat
Sedu penghabisan bisa terdekap

Saat itu bukan senja, bukan pula di pelabuhan kecil. Namun situasinya sama. Aku harus mengucapkan selamat jalan dan seduku mengiringi perjalanan mereka.

U're the best I've ever had
~FeN~
Read Comments

Friday, December 12, 2008

......

Dahaga yang belum terpuaskan sempurna, saya masih haus akan bacaan, tapi saya sudah harus menyudahi liburan saya.

Palembang, see you in the next six month.

U're the best I've ever had
~FeN~
Read Comments

Sunday, December 07, 2008

Andrea Hirata, membangun mimpi orang lain dengan mimpinya

Andrea Hirata. Saya jatuh cinta pada keempat bukunya. Saya jatuh cinta pada caranya mendeskripsikan setiap karakter dan setiap tempat dalam novelnya. Saya jatuh cinta pada gayanya melebih-lebihkan kemampuan Lintang, sahabatnya. Saya jatuh cinta pada kecintaannya terhadap ayahnya. Saya jatuh cinta pada hasratnya yang nyaris tak pernah padam pada pendidikan. Saya jatuh cinta pada puisi-puisinya buat A Ling. Saya jatuh cinta pada memorinya yang seolah tak pernah padam. Saya jatuh cinta pada Ikal. Sungguh. Saya jatuh cinta.

Sejak sekolah di Singapore, saya sudah sangat tertinggal dari perkembangan novel-novel, khususnya novel Indonesia. Saya nyaris ngga tau ada mahluk di muka bumi yang namanya Andrea Hirata. Beruntung saya punya Facebook dan banyak orang sibuk meributkan film Laskar Pelangi yang diangkat dari tetralogi karya anak Belitung yang bernama Andrea Hirata.

Saya penasaran. Sepertinya novel itu bukan sembarang novel. Maka saya mulai mencari apa pun yang bisa saya cari melalui internet. Saya baca resensi bukunya di salah satu website, saya baca profil pengarangnya dari website yang lainnya, saya semakin tertarik. Penasaran. Excited. Ingin tau.

Saat itu bulan September. Apakah buku itu dijual di Singapore? Ntah. Yang jelas buku itu pasti dijual di Indonesia, tapi apakah saya harus menunggu sampai Desember? Omigod, it's too long. couldn't wait anymore. Akhirnya, saya kembali menyusuri google, mencari Laskar Pelangi edisi layar komputer. Ilegal? Biarin. Hak cipta? Persetan. Saya udah naksir berat. Hasrat udah tak tertahankan.

Dan, tarrrraaaa... Saya sama sekali ngga menyesal mendownload novel ini. Dalam waktu kurang dari setengah hari, saya sikat semuanya dan saya tak sabar untuk pulang dan menonton filmnya, walau hingga hari ini keinginan saya yang satu itu belum kesampaian. Film-nya udah ntah di mana ketika saya kembali ke bumi pertiwi.

Di buku pertamanya, Andrea Hirata bercerita tentang dirinya sendiri, Ikal, seorang anak dari kelas ekonomi menengah ke bawah dalam kungkungan timah di Pulau Belitung, beserta sembilan temannya yang lain di SD dan SMP Muhammadiyah yang nyaris ditutup di hari pertama ia akan disekolahkan. Mereka menamai diri mereka Laskar Pelangi. Ya, merekalah anak-anak kelas menengah ke bawah yang haus akan ilmu dan mengerti akan persahabatan. Tak dinyana, Andrea juga menggelitik kita melalui romansa cintanya bersama A Ling, gadis Tiong Hoa yang ia mulai cintai sejak melihat paras kuku-kukunya di toko kelontong Sinar Harapan. Kemiskinan. Pendidikan. Persahabatan. Cinta. Ah, sempurna.

Mungkin kebanyakan orang, termasuk saya, pada bagian awal novel ini, merasa agak bosan dengan gaya penceritaan Andrea, karena kata-katanya selalu membentuk deskripsi, jarang dialog. Namun, dari deskripsinya yang detail itulah saya merasa novel itu benar-benar hidup. Ia menggambarkan Lintang, Mahar, Harun, Kucai, Akiong, Bu Mus, dan tokoh-tokoh yang lain sampai ke sudut-sudut terkecil.  Ia mengajak kita, para pembacanya, untuk mengunjungi pulau tempat ia dilahirkan dan tumbuh besar. Ia menghasut kita untuk terus dan terus membaca karyanya.

Namun, di buku pertama ini, saya merasakan unsur hiperbola yang agak overdosis terhadap kejeniusan Lintang. Diceritakan bahwa Lintang lah yang paling miskin sekaligus yang paling pintar di antara semua anggota Laskar Pelangi. Ia sudah mampu mengenal fisika saat dia masih SD. Gila! Ajaib! Adik saya yang kelas 2 SMA saja mungkin masih merangkak dalam integral. Selain itu, saya juga menemukan kerancuan dalam time flow buku ini. Alurnya bolak-balik SD-SMP SD-SMP, tapi selalu ada Bu Mus. Apakah Bu Mus mengajar SMP juga? Bingung. Tapi tetap indah.

Saya puas dengan Laskar Pelangi. Dan saya melanjutkan perjalanan saya di Google untuk mencari Sang Pemimpi dan Edensor, buku kedua dan ketiga dari Sang Pujangga baru, Andrea Hirata. Setelah jungkir balik, akhirnya saya menggapai apa yang saya inginkan.

Pulang ke Indonesia, saya rela melototi laptop adik saya untuk menyelam ke dalam Sang Pemimpi. Di sini diceritakan kehidupan Ikal mulai dari SMA. Beberapa karakter baru diperkenalkan. Arai, sepupu Ikal si simpai keramat. Jimbron, si tambun yatim piatu. Zakiah Nurmala, pujaan hati Ikal. Dan Laksmi, tambatan hati Jimbron. Mereka melewati masa SMA mereka yang penuh dengan mimpi, kemudian merantau ke Jakarta, mengejar mimpi mereka. Si Ikal akhirnya kuliah di UI, lalu mendapat beasiswa ke Universite de Sorbonne, Perancis. Ya, itulah hebatnya kekuatan mimpi.

Di novel yang satu ini, bagi saya, alurnya semakin rapi dan indah. Lagi-lagi dengan gaya pendeskripsian yang sangat indah, saya terhanyut, semakin jauh, jauh, dan jauh ke dalam Pulau Belitung. Sungguh, saya sempat menitikkan air mata saat sampai pada bagian di mana Ikal, yang merupakan bagian dari Garda Depan kehilangan semangat belajar dan bermimpinya karena ia merasa bagaikan pungguk merindukan bulan. Ia terdepak. Namun, ayahnya tetap menyunggingkan senyum yang sama seperti pada saat ia masih jadi ranking 3 saat mengambil rapornya, tetap menampilkan baju terbaiknya seperti pada saat ia masih jadi ranking 3 sebelum mengambil rapornya. Ayahnya tetap bangga padanya, dan Ikal kembali pada mimpinya. Ikal, Ikal. Sungguh kau mengambil hatiku.

Lain lagi Edensor. Di buku yang satu ini, Andrea Hirata menceritakan hidupnya dan Arai di Perancis dan culture shock yang mereka alami. Ia menceritakan teman-teman bangsa lainnya dengan begitu sempurna. Amerika, Inggris, bahkan India. Dan lagi, ia menceritakan pengalamannya menjadi backpacker, menjelajahi Eropa hingga ke Afrika, merangkul mimpi masa SMA-nya dan mencari cintanya, A Ling. Bayangkan, mencari cinta hingga ke Zaire!!!

Tak cukup dengan tiga buku itu, saya mencari buku keempatnya. Kali ini dengan cara yang legal. Saya membeli bukunya. Delapan puluh ribu. Biar saja. Saya sudah cinta pada Andrea Hirata. Delapan puluh ribu bukan apa-apa. Demi cinta saya. Hobi memang menguras kantong.

Dan, whoolaaa... Maryamah Karpov sudah dalam genggaman. Tapi banyak yang menghalangi saya baca dengan cepat. Mama ngga rela anaknya duduk bagai patung berjam-jam menyusuri kata demi kata hingga kupingnya jadi tuli dan seluruh tubuhnya jadi mati rasa. Ya, terpaksa saya membaca pelan-pelan dan putus-putus.

Ikal dapat S2-nya setelah sidang di tengah puasanya yang 18 jam tanpa sahur. Ia kembali ke Belitung, dengan gelar master, tapi pengangguran. Ia meng-claim dirinya sebagai pengangguran yang paling intelek di seantero Belitung. Ia berleha-leha sekian lama, lalu kembali mencari cintanya, A Ling. A Ling, cinta pertamanya, begitu berbekas dalam relung hatinya, seperti tak dapat hilang. Ia membuat kapal, mencari A Ling hingga ke daerah berbahaya dan mistis, membawanya pulang.

Akhir dari cerita ini begitu menggantung. Tapi saya suka. Saya suka akhir cerita yang menggantung, membuat imajinasi saya bisa berkelana sesuka saya, ke mana saja yang saya suka.

Saya suka bagian di mana Andrea mengkritik sistem di Indonesia melalui perjalanan pulangnya dari Perancis ke Belitung. Sampai ke Singapore, ia mendapatkan perlakuan bak raja. Menyeberang perbatasan, begitu miris, ia harus menghadapi bobroknya sistem transportasi negeri ini yang nyaris merenggut nyawanya. Menggelikan. Para birokrat harus baca, tuh.

Dan, tamatlah perjalanan saya bersama Andrea Hirata berjalan-jalan di dalam Tetralogi Laskar Pelangi. Saya sungguh bahagia mendapat bacaan seperti ini. Di tengah-tengah teenlit dan chicklit yang tak lebih dari novel cinta-cintaan, Andrea Hirata menggebrak pintu hati saya. Dengan bahasanya, ia membawa saya menyeberangi ruang dan waktu, melompat-lompat dari masa lalu ke masa kini, dan menyadari arti pentingnya mimpi.

Begitu banyak yang bisa kita petik dari keempat novel fenomenal ini. Dan yang paling bikin saya bersemangat adalah kenyataan bahwa kita ngga perlu berlatarbelakang sastra untuk bisa menghasilkan karya sastra yang baik. Cita-cita, atau mungkin bisa dibilang mimpi, saya adalah menjadi penulis dan Andrea Hirata memompa semangat saya dengan karyanya seperti ia memompa semangat seorang mahasiswa yang nyaris di-DO untuk menyelesaikan kuliahnya. Ia menyentuh berbagai sisi dari berbagai orang.

Saya ngga dibayar oleh Andre Hirata, tapi buku ini sangat saya rekomendasikan buat dibaca.
Sungguh. Saya jamin ngga bakal nyesel.

U're the best I've ever had
~FeN~
Read Comments

Saturday, December 06, 2008

Pucuk cintaku

Kebiasaan lama.

Menonton drama, pikiran melayang-melayang, membuat skenario sendiri. Jadi melankolis.

Membaca novel, kepala dipenuhi kata-kata prosa. Jadi sastra abis.

Membaca kumpulan puisi, hati tergetar, otak mencari kata-kata indah. Tiba-tiba jadi pujangga.

Kuingin
Pucuk cintaku bersemi lagi

Tlah tak terhitung lamanya
Mungkin sejak Colombus menjejakkan kakinya di Amerika
Aku tak lagi merasakan cinta

Lupa
Bagaimana rasanya
Lupa
Bagaimana indahnya

Lupa

Aku hanya ingin pucuk cintaku bersemi lagi
Agar hari yang kotak-kotak hitam putih ini bisa jadi garis-garis, bulat-bulat, lonjong-lonjong, atau bunga-bunga warna-warni

Kuingin pucuk cintaku bersemi lagi

U're the best I've ever had
~FeN~
Read Comments