Tiada lagiAku sendiriBerjalan menyisir semenanjungMasih pengap harapSekali tiba di ujungDan sekalian selamat jalanDari pantai keempatSedu penghabisan bisa terdekap
Penggalan dari Senja di Pelabuhan Kecil, salah satu puisi favoritku sejak SD. Dulu aku tak terlalu mengerti kata-katanya, tapi aku suka. Bodoh memang. Tapi aku cinta. Biarlah bodoh. Aku tak perduli.
Aku cepat-cepat berjalan meninggalkan gerbang itu. Gerbang yang akan membawa mereka yang kucinta meninggalkanku. Tak sanggup aku berlama-lama melihat mereka berjalan menjauh, menjauh, dan semakin menjauh hingga mereka berbelok di sudut dan lenyap dari pandanganku.
Hujan seketika jadi begitu deras, mengguyur hati dan pikiranku, tapi aku tak mau membiarkannya menguyur wajahku. Aku berjalan semakin cepat agar tak melihat mereka yang kucinta sampai di ujung pandanganku lalu menghilang.
Sekali tiba di ujungDan sekalian selamat jalanDari pantai keempatSedu penghabisan bisa terdekap
Saat itu bukan senja, bukan pula di pelabuhan kecil. Namun situasinya sama. Aku harus mengucapkan selamat jalan dan seduku mengiringi perjalanan mereka.
~FeN~
0 thoughts:
Post a Comment