Saturday, July 18, 2009

Instantaneoulove


Take Me Out Indonesia, sebuah ajang pencarian jodoh yang ditayangkan di Indosiar setiap Jumat malam pada pukul 21.30 WIB, mulanya tidak menarik perhatian saya. Saya hanya mendengar sedikit-sedikit tentang acara ini dari adik dan sepupu saya yang heboh sendiri hingga saya tanpa sengaja menonton siaran ulangnya hari sabtu yang lalu. Dan kemarin, saya kembali menonton reality show yang dipandu Choky Sitohang ini. Saya akui, acara ini menarik perhatian saya.

Take Me Out Indonesia, berbasis reality show, memiliki misi untuk menyatukan pria dan wanita single yang ingin membina hubungan. Iya, biro jodoh, begitulah kira-kira. Namun, menariknya, sistim percomblangan ini dibuat sedemikian rupa sehingga kedua belah pihak boleh memilih, bukan mak comblang yang membuat pilihan untuk mereka.

Kurang lebih tiga puluh wanita akan berdiri di tiga puluh podium yang telah disiapkan, menunggu seorang pria lajang keluar dari backstage. Dalam satu episode, sekitar tujuh sampai delapan pria akan dihadirkan di hadapan wanita-wanita cantik usia dua puluh ke atas yang sudah siap berkomitmen. Wanita-wanita ini bebas memilih untuk membuka atau menutup rapat-rapat pintu hati mereka untuk si pria. Jika merasa tidak sreg, mereka tinggal menekan tombol di podium mereka untuk mematikan lampu dan mengusir si pria jauh-jauh. Sampai pada tahap terakhir, di mana paling-paling hanya segelintir wanita yang masih ingin mengenal si pria lebih lanjut, giliran si Adam yang memilih. Dia akan mengajukan pertanyaan kepada wanita-wanita yang tersisa untuk memilih satu menjadi pasangannya. Lalu, si wanita akan ditarik keluar daari podiumnya dengan status ‘unavailable’.

Namun, tak semua pria akan mendapatkan pasangannya di acara ini. Setengah dari pria-pria yang hadir akan pulang tanpa gandengan. Semua wanita yang ada dengan brutalnya akan mematikan lampu podium mereka dan tak membiarkan si pria menunjukkan kepada mereka siapa dirinya. Sakit hati, pasti, tapi apa boleh buat, dia harus pulang.

Saya pribadi tertarik dengan acara ini, tapi saya sama sekali tak sepaham dengan konsep hubungan karbitan seperti ini. Tak sampai sepuluh menit saling bertemu muka, merasa tertarik karena hal-hal yang lebih bersifat keduniawian, saling berpegangan tangan, kemudian memulai sebuah hubungan. Oh lala.

Si wanita memilih si pria didasarkan first impression, perkenalan singkat dari si pria, sedikit testimonial dari orang lain, ataupun secuil performance yang ditampilkannya. Tak sedikit alasan klise mengusik gendang telinga saya: “Soalnya dia cute.”, “Saya suka cowok botak.”, “Gaya berpakaiannya ok.”, “Ganteng, sih.”, “Saya suka yang begini.”, atau “Yang begini lebih asyik.”. Tak dapat dipungkiri, first impression itu sangat mempengaruhi interaksi antarmanusia selanjutnya, tapi untuk sebuah hubungan yang berbasis jangka panjang, impresi fisik saja, bagi saya, sama sekali tidak cukup. Saya akui, ketampanan mampu membangun first impression yang baik. Saya yakin hampir semua orang suka dengan keindahan, tapi untuk membangun hubungan yang lebih intens, banyak hal yang harus dipikirkan daripada kekayaan fisik semata.

Sementara itu, si pria memilih satu dari beberapa wanita yang tersisa berdasarkan fisik (tentu saja) dan jawaban yang diterimanya dari pertanyaan-pertanyaan yang dia ajukan. Biasanya si pria lebih memilih yang jawabannya terdengar bijaksana dan baik hati, walaupun tetap ada yang memilih berdasarkan kecantikan semata, buta begitu saja. Namun, saya berpikir, bisa saja wanita-wanita itu mengarang-ngarang apa yang dikatakannya supaya mendapatkan kesan yang baik dari pria yang ditaksirnya dan segera memperoleh pasangan.

Lalu, pertanyaan saya, apakah hubungan yang diawali dari acara-acara semacam ini akan mampu bertahan lama? Perkenalan yang begitu singkat untuk komitmen yang sama sekali tidak singkat. Saya kurang yakin hubungan pasangan-pasangan yang terbina akan bertahan lama. Seperti memilih kucing dalam karung, begitu pikir saya, sungguh risky.

Saya sendiri lebih percaya kepada sesuatu yang bertahap. Ibaratnya ingin pergi ke lantai dua, kita harus melangkah setapak demi setapak meniti anak tangga untuk tiba di sana, tak bisa instan, menghilang di lantai satu dan muncul di lantai dua dalam waktu sepersekian detik. Mustahil. Nah, begitu juga dengan sebuah hubungan, harus dititi setapak demi setapak untuk sampai ke tujuan akhir. Mulai dari strangers, acquaintances, friends, hingga lovers. Butuh waktu, butuh proses, butuh tahap penilaian.

Bagaimana menurut anda?


U're the best I've ever had
~FeN~
Read Comments

Aku air, bagaimana pun aku



Aku air
Kadang kau lihat aku begitu dangkal, beriak, dan kotor

Aku air
Kadang kau dengar aku begitu dalam, sunyi, dan bergaung

Aku air
Kadang kau rasakan aku begitu segar, bening, dan asin

Aku air
Kadang aku mengalir di parit sempit
Begitu hitam dan menjijikkan
Kadang aku berputar-putar di ketenangan danau
Begitu anggun dan cantik
Kadang aku bergulung senang bersama ombak
Begitu nakal dan bersemangat

Aku tetaplah air
Dalam terang dan gelapku
Dalam agung dan hinaku

Aku tetaplah air yang mencari gravitasi
Aku air

Gravitasiku
Dengan segala kerendahan hatimu, sambutlah aku

U're the best I've ever had
~FeN~
Read Comments

Friday, July 17, 2009

Baru saja terjadi

Dan bom lagi

Di Ritz Carlton

dan

JW Marriot



U're the best I've ever had
~FeN~
Read Comments

Monday, July 13, 2009

Pasar



Dari timur matahari merangkak naik, meninggalkan malam yang masih mendengkur berirama. Beriring-iringan dengan sang surya, sekelompok manusia dengan keranjang-keranjang dan bakul-bakul mereka pun meninggalkan ranjang, bantal, dan selimut yang menjaga mereka sepanjang malam. Pasar adalah tujuan mereka, tempat yang mampu memastikan dandang nasi mereka mengeluarkan uap putih untuk mengisi perut sekian banyak jiwa di bawah atap mereka yang bisa saja terbuat dari genting mahal, kayu, beton, rumbia, bambu, seng, atau terpal saja.


Pasar adalah tempat penjual dan pembeli saling bertemu dan berinteraksi untuk menjalankan sebuah interaksi yang berbasis simbiosis mutualisme. Pedagang memperoleh laba dari apa yang mereka jajakan, sementara pembeli memperoleh kebutuhan hidup dari lembaran-lembaran biru, merah, dan hijau yang mereka belanjakan.

Berjuta cerita bisa didapatkan dari puluhan atau bahkan ratusan kios-kios di bawah naungan sebuah pasar. Saya yakin, pasti di dalam sana ada jutaan tawa, canda, tangis, dan amarah yang menghiasi hari-hari manusia yang berseliweran keluar dan masuk. Saya yakin, pasti ada jutaan kisah lainnya di depan dan di belakang semua ini. Jutaan demi jutaan kisah ini tak akan dapat disimak oleh satu pasang mata saja, apalagi oleh mata yang belum kenal dunia, seperti mata saya.

Pagi ini adalah satu dari sekian banyak pagi saya yang diisi dengan menemani ibu saya pergi ke pasar. Bagi saya, pasar adalah sebuah tempat yang menyimpan banyak sekali keunikan. Dulu sekali, saya tak pernah mau menemani mama saya pergi ke pasar, tempat yang begitu becek, jelek, gelap, dan suram. Namun sekarang, pandangan saya terhadap tempat suram yang disebut pasar itu sudah berbeda. Pasar adalah sebuah tempat yang begitu menarik.

#1 Tawar menawar

Pembeli ingin harga serendah-rendahnya, pedagang ingin untung sebanyak-banyaknya. Prinsip inilah yang dipegang dengan sangat kuat oleh kedua belah pihak yang berinteraksi di pasar. Akhirnya, yang terjadi adalah perang mulut: yang satu ingin menurunkan harga hingga batas minimal, yang lainnya merasa tertekan dan mati-matian menjaga harga tetap pada level yang ditetapkannya. Pemenangnya bisa siapa saja yang, tentu saja, lebih membutuhkan.

#2 Gosip dan pamer

Pasar bisa menjadi ajang perjumpaan ibu-ibu yang entah saling mengenal dari mana saja: ada yang ternyata teman masa kanak-kanak, ada yang saling kenal dari suami-suami masing-masing, ada juga yang saling tahu karena anak-anak mereka. Setelah mereka saling menyapa, kelanjutannya bisa ditebak: si A gini lho, si B ternyata gitu deh, anakku kenal sama si C, si D sekarang sombong banget, si E begini, si F begitu, si G, si H, si I, sampai si Z. Selain itu, sesi saling menyapa di pasar juga bisa menjadi ajang pamer bagi para ibu-ibu. Ada yang memamerkan anaknya yang kuliah di ujung dunia, ada yang memamerkan nilai anaknya, ada yang memamerkan pembantunya dengan dibawa ke pasar untuk menjadi tukang angkut, ada juga yang memamerkan hartanya dengan perhiasan kinclong dan baju wah yang dipakai untuk memilih-milih ikan yang bau amis.

#3 Siang

Semakin jauh posisi matahari dari rumahnya di timur sana, pasar menjadi semakin sepi. Terkadang dagangan yang dijajakan pun masih berlimpah ketika para pembeli sudah tak lagi menjejakkan kaki memasuki tempat ini. Lalu, saya berpikir, mau diapakan dagangan-dagangan itu? Apalagi bila barang yang mereka jual adalah sesuatu yang mudah busuk seperti ikan, daging, sayur, dan buah-buahan. Mungkinkah semua dagangan itu akan disimpan di dalam freezer lalu dijual lagi keesokan harinya? Apakah pedagang akan berpura-pura semua dagangan mereka masih segar padahal sudah ada peran serta pendingin? Apakah pembeli akan tertipu? Saya tak tahu.

#4 Pembunuhan

Pasar adalah juga sebuah tempat pembunuhan. Jutaan jiwa telah terbunuh di sana, saya yakin. Dan pagi ini, ketika saya, dengan mata kepala saya sendiri, melihat seorang pedagang kodok memenggal kepala dagangannya, membiarkan dagangannya itu menggelepar putus asa di atas timbangan sambil menegosiasikan harga dengan ibu saya, lalu menguliti satu demi satu kodok-kodok sawah itu, mencabut urat-uratnya, dan memotong tangan dan kakinya, saya menyadari bahwa selama ini saya jadi bagian dari pembunuhan-pembunuhan terencana itu. Saya kasihan pada nasib kodok-kodok itu, saya mual melihat cara mereka mati, dan saya memutuskan tidak mau lagi makan kodok. Mungkin suatu saat nanti, ketika saya melihat ayam atau sapi dibunuh, saya juga akan memutuskan untuk tidak memakan mereka. Lalu, hei, I will be a vegetarian!!!

#5 Higienitas

Becek dan bau, itulah kesan pertama saya setiap kali memasuki pasar. Air hasil pencucian daging, ikan, ayam, dan dagangan-dagangan lain bercampur dengan sisa-sisa hujan yang entah sudah ada di sana sejak kapan, ditambah bau amis dari darah-darah hewan yang berceceran di mana-mana, belum lagi tangan si pedagang yang bergantian memegang dagangan dan uang yang penuh kuman, membuat pasar menjadi semakin tidak higienis di mata saya. Lalu di antara pedagang-pedagang daging, ikan, dan sayur yang masih harus diolah lagi oleh pembeli, terselip pedagang makanan-makanan yang bisa langsung dimakan, seperti pempek, kue-kue, dan lauk pauk. Saya rasa, kuman-kuman pun akan ikut terselip. Higienis kah?

#6 Masih muda

Setiap kali saya ke sana, saya melihat dirinya. Dia masih sangat muda. Orangnya cantik dan terlihat sangat lincah. Kulitnya putih dan rambutnya selalu dikuncir ekor kuda. Namun, dia ada di sana bukan berstatus pembeli seperti saya, padahal usianya sama seperti saya, sama-sama belum menginjak kepala dua. Ia adalah pedagang, pedagang ikan. Baju yang dipakainya setiap kali saya ke sana selalu terpercik darah ikan yang disianginya untuk para pembeli. Diam-diam saya membandingkan diri saya sendiri dengannya. Di usia yang sama, nasib kami sungguh berbeda. Ia sudah keluar sama sekali dari dunia remaja, tulangnya sudah dibanting untuk menghidupkan kompor di rumahnya, sementara saya masih bergantung sepenuhnya pada orang tua saya. Saya pun berpikir, apakah dia tidak rindu untuk bersekolah dan mengejar mimpinya?

Hanya enam dari jutaan kisah yang terukir di sepanjang dinding pasar. Mata saya tak mampu melihat semuanya, apalagi mengelaborasikan semuanya. Pasar, dengan segala positif dan negatifnya, telah menghidupi jiwa dan raga kita seiring berputarnya bumi. Tak ada pasar, ke mana harus mencari makanan?

U're the best I've ever had
~FeN~
Read Comments

Sunday, July 12, 2009

Kini


Kini
Ada yang berdesir-desir
Menggerus dasar hati

Kini
Ada yang menerjang-nerjang
Mengikis dinding jiwa

Kini
Ada yang menggedor-gedor
Mengganggu pertahanan diri

Kini
Ada yang berbeda

U're the best I've ever had
~FeN~
Read Comments

Thursday, July 09, 2009

Dan hari ini

Dan hari ini, aku mendengar suaranya yang perlahan, menyentuh kulitnya yang kisut, bercanda dengan dirinya yang tak lagi kenal dunia, dan aku melihat tawanya yang penuh kegetiran.

Dan hari ini, aku seperti menaiki mesin waktu kembali ke masa kecilku.

Cinta kamu, sungguh

U're the best I've ever had
~FeN~
Read Comments

Wednesday, July 08, 2009

Menunggu Hasil

Hari ini cukup spesial bagi saya dan keluarga. Sebelum makan siang, kami menyantap appetizer dan setelah makan siang, kami makan banyak sekali dessert.

Appetizer = menyumbangkan suara dalam Pilpres 2009
Dessert = memantau perkembangan Quick Count di berbagai stasiun televisi

Saya kenyang, kenyang menonton berita, kenyang sekali.

Lalu, bagaimana hasil Quick Count?
SBY BUDIONO MENDAPATKAN SUARA KURANG LEBIH 60%!!!!

Apakah SBY akan memangku kembali jabatan presidennya?
Apakah Pemilu Presiden akan diadakan satu putaran saja?
Apakah kedua calon yang lain tetap akan merealisasikan apa yang mereka katakan dalam Debat Capres putaran terakhir, i.e. Megawati tetap mengabdi dan Jusuf Kalla pulang kampung?
Apakah Indonesia memilih kandidat yang terbaik?
Apakah hidup kita 5 tahun ke depan akan jadi lebih baik?

Mari kita lihat bersama!
Lanjutkan!!!

U're the best I've ever had
~FeN~

P.S.
Satu lagi pertanyaan, apakah prediksi Deddy Corbuzier tepat? Lol.
Read Comments

Pilpres 2009, Saatnya Rakyat Bersuara


8 Juli 2009, satu hari berselang sejak bulan purnama kemarin malam, adalah salah satu hari terpenting dalam sejarah hidup Republik Indonesia. Keberadaan hari ini menentukan apa jadinya negara kita tercinta lima tahun mendatang, sepuluh tahun mendatang, atau mungkin ratusan tahun mendatang.

Pemilihan Presiden dilaksanakan hari ini dengan sistim pemilihan langsung oleh rakyat. Setiap warga negara mendapatkan hak suara yang sama untuk memilih salah satu dari tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden yang telah terdaftar. Kali ini adalah kali kedua di mana rakyat memilih langsung pasangan presiden dan calon presidennya setelah pada tahun 2004, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla memenangkan pemilihan putaran ke-2.

Jumlah pemilih yang mencapai seratus lima puluh juta jiwa dan jumlah tempat pemungutan suara yang tak kurang dari lima ratus ribu membuat hari ini menjadi hari yang sangat akbar bagi kita semua. Pesta demokrasi, begitu kata mereka.

Tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden telah melalui berbagai tahap yang panjang untuk menampangkan foto mereka di selembar surat suara yang kita 'contreng' hari ini.

  1. Megawati Soekarno Putri dan Prabowo Subianto (Mega Pro Rakyat)
  2. Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono (Lanjutkan) http://ichwankalimasada.wordpress.com/
  3. Jusuf Kalla dan Wiranto (Lebih Cepat Lebih Baik) jk-wiranto-dalam

Ketiga pasangan calon presiden dan wakil presiden ini sibuk mencuri hati setiap rakyat Indonesia sejak mereka ditetapkan sebagai capres dan cawapres. Iklan-iklan televisi yang adorable dan impressive, banner-banner yang terpampang di sepanjang jalan raya, kampanye-kampanye dialogis di berbagai kota di Indonesia, kunjungan-kunjungan ke berbagai tempat yang super merakyat, dan jawaban-jawaban yang sungguh diplomatis di lima putaran debat capres cawapres yang diadakan oleh Komisi Pemilihan Umum. Namun, sejak 4 Juli 2009, tak ada lagi yang bisa mereka lakukan selain berdoa dan berserah, karena dua ratus juta jiwa rakyat Indonesialah yang menentukan nasib mereka selanjutnya: apakah mereka akan menduduki kursi RI 1, ataukah mereka akan dipinggirkan dalam pemerintahan lima tahun mendatang?

Rakyat bisa melihat dengan mata kepala mereka sendiri selama masa kampanye ini, pasangan mana yang tulus mencintai rakyat dan pasangan mana yang hanya mengumbar-umbar janji. Rakyat juga mampu menilai dengan hati nurani mereka sendiri mengenai visi, misi, dan realisasi dari program kerja setiap pasangan. Dan hari ini, rakyat mampu menyuarakan aspirasi mereka. Hidup demokrasi!

Pemilihan Presiden kali ini adalah pemilihan pertama saya dan hingga saat ini, saat di mana matahari sudah hampir merangkak mencapai puncak kepala, saya belum mencelupkan kelingking saya di tinta biru yang mahal itu. Sebentar lagi saya akan ikut berpartisipasi dalam menentukan nasib Indonesia lima tahun mendatang. Doakan saya! *Lol, lebay*

U're the best I've ever had
~FeN~
Read Comments

Friday, July 03, 2009

B.O.R.I.N.G


These two days, really, something has gone wrong I think.

I feel bored, I have no mood to do anything, I keep cursing my days.
Even when I open my eyes in the morning, I start to feel very dull and empty.

I miss writing, I want to write, I think I should write.
But, the problem is just my mood.

I miss hanging out, I want to hang out, I think I should hang out.
But, the problem is just my mood.

I miss to be happy, I want to be happy, I think I should be happy.

OMG, so boring these days.

Someone, save me from this boredom, please.
I'm trapped here.

U're the best I've ever had
~FeN~
Read Comments