Monday, June 01, 2009

Together we stop the abuse


Hari ini, sama seperti hari-hari yang lain, saya ditemani sebuah kotak ajaib yang bernama televisi. Namun, hari ini sedikit berbeda. Kenapa?

 

MANOHARA ODELIA PINOT ADA DI MANA-MANA!!!

 

Tak perduli tombol apapun yang saya tekan, saya akan melihat wanita cantik ini. Omigod, who on earth watching Indonesian channel doesn’t know her? Dari pagi sampai malam, dari infotainment murahan sampai siaran berita nasional pun menampilkan gadis berusia 17 tahun ini.

 

Menurut kabar yang beredar, ia disunting Pangeran Kerajaan Kelantan pada Agustus 2008. Sejak saat itu, dia mengalami berbagai perlakuan tak mengenakkan; she was totally abused, verbally, physically, mentally, and sexually. Dia dimaki-maki, disilet-silet, dikurung, dan diperlakukan seperti boneka. She had no right to do anything back then.

 

Namun, setelah peristiwa pembebasan yang dramatis, sampai-sampai melibatkan tim kepolisian Singapura dan agen FBI dari Amerika, Manohara dapat kembali ke tanah air dengan selamat pada Minggu pagi.

 

Hari ini Senin pagi, sehari berselang sejak kepulangannya, wajahnya ada di mana-mana. Wawancara yang kira-kira menanyakan hal yang sama. Jawaban-jawaban yang persis sama, bahkan sampai ke titik-komanya. Jujur, saya bosan melihat dan mendengar semua ini. Siapa yang salah dan siapa yang benar masih belum terungkap. Selama seharian ini, public hanya disuguhkan sebuah klarifikasi yang datang dari mulut si model cantik Manohara Pinot dan ibunya. Belum ada bukti: foto, video, hasil visum, ataupun luka-luka yang ditunjukkan.

 

Hal apapun yang ada di balik semua ini, saya hanya mengharapkan agar kebenaran segera terungkap dan mereka yang terlibat dapat menuai apa yang mereka tanam, baik atau buruk.

 

Okay, enough. Saya tak mau bilang apa-apa soal kasus ini karena saya sendiri pun tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Memang, saya punya persepsi, tapi saya tak mau berkoar-koar di atas persepsi saya yang belum tentu benar. Lebih baik saya menjadi supporter yang setia untuk mendukung penegakan sebuah keadilan.

 

Seharian mendengar kata abuse, saya jadi teringat percakapan singkat saya dengan seorang teman mengenai wanita-wanita yang dilecehkan secara seksual. Saya juga teringat sebuah buku yang saya baca, berjudul Princess, yang menceritakan tentang perlakuan yang diterima wanita-wanita di Arab Saudi sejak kecil.

 

Sexual harassment seringkali diasosiasikan dengan segala hal yang kita sebut pemerkosaan. Namun, menurut saya, sebenarnya, dalam kehidupan sehari-hari wanita Indonesia, mereka telah terlalu sering mengalami sexual harassment tanpa perlu diperkosa.

 

Am I wrong?

 

Sebuah contoh yang sangat nyata bisa saya sebutkan dan hal ini bisa kita lihat hampir setiap hari di tanah air kita tercinta. Seorang wanita yang lagi berjalan sendirian seringkali dibuat sangat tak nyaman oleh para laki-laki, entah itu dengan siulan-siulan mesum ataupun panggilan-panggilan yang menjijikkan. Apakah hal itu bukan merupakan pelecehan seksual? Bahkan, para laki-laki yang dengan tidak sopannya menjelajahi tubuh wanita dari ujung rambut hingga ujung kaki pun merupakan sebuah pelecehan seksual. Jadi, hampir  semua wanita Indonesia pernah mengalami pelecehan seksual, kan?

 

Pelecehan seksual yang lain adalah perbedaan perlakuan antara pria dan wanita, entah itu dalam dunia kerja, organisasi, maupun keluarga. Wanita dianggap kelas dua, wanita dianggap lebih bodoh, wanita dianggap tak bisa melakukan apa yang dilakukan pria, wanita dianggap tak ubahnya properti. Pelecehan itu terjadi hanya karena mereka terlahir sebagai wanita. See? Their sex leads them to be abused and it’s called sexual abuse.

 

Sebagai wanita, saya tidak terima sexual harassment dalam bentuk apapun. Mau cuma dikata-katain kek, mau dilihatin dengan pandangan tak senonoh, mau dianggap bodoh, mau ini, mau itu, saya tetap tak terima. Wanita dan pria sama-sama manusia, kan? Walaupun berbeda, mereka harusnya saling melengkapi, bukan saling merajai. Perbedaan itulah yang membuat semuanya jadi lengkap, penuh, utuh, complete.

 

Walaupun saya bukanlah seorang penganut Kristiani, saya menuntut ilmu di sekolah katolik sejak SD dan saya ingat sekali suatu kali guru pendidikan religiositas saya pernah berkata, “Pria dan wanita sederajat, makanya Tuhan menciptakan wanita dari tulang rusuk pria, bukannya dari tulang kaki untuk diinjak maupun dari tulang kepala untuk merajai.”

 

Lalu, mengapa wanita masih dilecehkan? Ini hanya masalah mind set.            

So, Guys, please, ubah mind set kalian tentang mahluk ciptaan Tuhan yang disebut wanita. Mungkin saja mereka tak sekuat kalian, tapi mereka bukanlah benda mati yang bisa dipermainkan.

And, Girls, let’s show the world that we can stand side by side with men! Power!!!

 

Happy emancipation^^

U're the best I've ever had
~FeN~

0 thoughts: