Kembali menginjakkan kaki di atas tegel kotak-kotak putih ini, aku merasa memasuki dunia yang lain. Rumah ini tak banyak berubah sejak kutinggalkan beberapa bulan yang lalu, hanya ada sebuah kompor baru menghiasi dapur dan seorang pembantu rumah tangga yang baru bekerja beberapa hari. Namun, angin yang mengelilingi rumah ini bukanlah angin yang sama,ia berubah, berubah dengan sangat cepat, sampai-sampai otakku tak sanggup mencerna perubahan yang terjadi.
Seperti baru memasuki pintu ke mana saja, otakku yang tadinya dipenuhi pikiran-pikiran yang berorientasi pada diriku sendiri berubah. Aku lebih banyak memikirkan orang-orang di sekitarku, tak lagi memikirkan bagaimana mengurus diriku sendiri dengan baik, bagaimana mencapai nilai-nilai yang bagus, bagaimana agar aku ini dan aku itu. Pokoknya pikiranku yang self-oriented di negeri singa sana telah bertransformasi menjadi family-oriented. Berubah, tanpa jeda, tanpa istirahat.
Dua dunia jungkir balik bertolak belakang
Meninggalkan yang satu, masuk ke yang lainnya
Dua dunia jungkir balik bertolak belakang
Sebuah pintu penghubung keduanya
Dua dunia jungkir balik bertolak belakang
Satu otakku memikirkan keduanya
Dua dunia jungkir balik bertolak belakang
Tak mampu pundakku menahan bebannya
I am so fragile, aren't I?
~FeN~
0 thoughts:
Post a Comment