Thursday, January 15, 2009

Israel, Palestina, perdamaian

Banyak hal yang tak bisa kita lihat dengan mata telanjang. Salah satunya, gerhana matahari. Ya, gerhana matahari. Melihat matahari dengan mata telanjang sama saja menyerahkan kedua bola mata ini kepada Sang Pencipta. Saya tidak bisa menjelaskan secara ilmiah karena apa yang sudah saya pelajari saat mengikuti Olimpiade Astronomi telah berpulang ke sisiNya. Pokoknya, jangan lihat gerhana matahari dengan mata telanjang. Titik. Ga pake kompromi.

Ngomong-ngomong soal gerhana, saya baru ingat, akan ada gerhana matahari pada tanggal 26 Januari 2009 sekitar pukul 3 sampai 5 WIB. Iya, berbahagialah, gerhana itu akan bertepatan dengan tahun baru Imlek. Dan sekali lagi, berbahagialah, orang-orang yang bisa membaca dan mengerti postingan ini dapat menikmati gerhana matahari parsial itu.

Ok, back to the topic. Saya sedang ngga mau membicarakan masalah gerhana matahari. Saya sedang ingin membicarakan hal yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang dan ditelan mentah-mentah tanpa dikunyah terlebih dahulu.

Saya, beberapa hari ini, sedang sibuk mencari tau informasi tentang konflik Israel dan Palestina, dan bagi saya, konflik ini tak bisa dilihat dengan mata telanjang karena akan meyebabkan kebutaan hati.

Sebenarnya saya bukan tipikal orang yang memperhatikan dunia dengan sangat seksama. Saya cenderung tak perduli. Perang di Irian Jaya, masuk kuping kanan keluar kuping kiri. GAM, I don't care. Artis kawin cerai, jadi hiburan aja. Obama jadi presiden, ikut senang sesaat. Dan sudah. Begitu saja. Saya ngga pernah sibuk googling demi satu kejadian besar yang mengguncang dunia.

Namun kali ini berbeda. Saya terdorong untuk mencari tau sebanyak-banyaknya tentang apa yang terjadi antara dua negara yang tumpang tindih ini. Entah kerasukan setan apa saya sampai rela googling berjam-jam untuk menggali lebih dalam tentang konflik tak berkesudahan ini.

Informasi yang saya dapatkan mengungkapkan apa yang terjadi sejak jaman Abraham hingga sekarang. Saya menulis saat ini bukan untuk menceritakan kembali apa yang saya baca. Saya takut salah, karena menyampaikan sejarah adalah suatu tindakan yang sangat riskan, rawan kesalahan. Sekali saja salah, berarti saya sudah menyampaikan kebohongan. Jadi, saya di sini bukan untuk memberi informasi, tapi untuk menyampaikan pendapat saya.

Assumption: Everyone knows what happen.

Saya bukan ahli sejarah, bukan juga ahli politik, bukan juga ahli hukum dan peperangan, jadi sebelumnya saya minta maaf kalau ada yang merasa tidak setuju dengan pandangan saya.

Ok, menurut saya, konflik Israel dan Palestina ini tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Kenapa tidak? Ya, karena seperti apa yang selalu terjadi saat memainkan permainan bisikan berantai, pesan selalu akan terdistorsi ketika sampai pada si pemain terakhir. Menurut saya, hal ini pula lah yang terjadi pada cerita-cerita yang disampaikan mengenai hal ini. Setelah beratus-ratus abad, apa mungkin cerita yang kita dengar sekarang adalah cerita yang original???

Menurut berbagai sumber yang saya baca, hampir semuanya menyalahkan Israel atas apa yang terjadi saat ini. Wajar saja, karena menurut apa yang kita lihat sekarang, Palestina adalah korbannya dan naluri kita secara spontan akan memilih untuk membela yang lemah. Iya, hasil dari kebanyakan nonton Sailormoon. Jelas, cerita yang sampai ke telinga kita telah mengalami proses penambahan bumbu-bumbu subjektif dan most of the time, subjektifisme (bener ngga, sih?) itu juga merasuk ke dalam syaraf-syaraf kita. Kita akhirnya ikut-ikutan subjektif dan menyalahkan Israel.

Bukan maksud saya membela Israel. Saya juga tidak setuju dengan tindakannya yang main rudal seenak jidatnya. Tapi, apakah apa yang selama ini kita dengar dan baca benar adanya? Itu pertanyaan saya.

Saya selalu percaya bahwa tidak akan ada asap kalau tak ada api. Jadi, di mana validasi dari hukum ketiga Newton yang mengatakan bahwa reaksi ada karena aksi kalau tanpa angin tanpa hujan Israel menyerang negara-negara tetangganya?

Saya berpikir, mungkin kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Israel atas apa yang mereka perbuat hari ini. Namanya manusia, pasti mudah dihasut dan disesatkan. Entah setan yang menggoda Israel berwujud apa, yang jelas mereka kerasukan setan. Setan itulah yang harus bertanggungjawab.

Sekali lagi, kita tidak bisa melihat hal ini dengan mata telanjang. Masih sangat banyak misteri-misteri tersembunyi di balik semua ini, saya yakin. Dan saya juga yakin, yang penting kita tetap berkepala dingin dalam melihat masalah ini. Ngga usah deh berlagak mau ikut-ikutan perang.

They will find their way, sooner or later.

Semua pasti akan jadi indah pada saatnya.

Oh ya, sekali lagi, saya NETRAL.

U're the best I've ever had
~FeN~

2 thoughts:

Anonymous said...

oi bu...

"Ngga usah deh berlagak mau ikut-ikutan perang."

kmrn aq br sadar. klo harusny kito itu berharap supaya wong2 t ikt2 pegi ke sano... biar Indonesia nih aman, sejahtera...
Nyambung dk??
Subjekny itu t kw tau la... abang2 kito di jakarta t na... ^^

~'FeN'~ said...

muahahaha...

kau nih...

ayo ngobrol2 lagi...
sampe temimpi2...
haha...