~FeN~
Monday, July 27, 2009
H.O.M.E.
Labels: curahancurahan~~ at 7/27/2009 04:37:00 PM
~FeN~
Waiting
Labels: sisipuitis at 7/27/2009 09:57:00 AM
It’s seven. Morning has just broken, my eyes have just opened, but my heart has been missing you so badly. I get up and rush into the shower.
~FeN~
Sunday, July 26, 2009
Waktu
Labels: cintabuatmereka, curahancurahan~~ at 7/26/2009 05:04:00 PM
Saturday, July 25, 2009
Sebuah pengalaman
Labels: curahancurahan~~ at 7/25/2009 07:31:00 PM
~FeN~
Kembali pulang???
Labels: curahancurahan~~ at 7/25/2009 09:38:00 AM
Kembali, balik, pulang, atau apalah itu namanya, saya tak perduli. Yang kini ada di otak saya hanyalah kenyataan bahwa kesepuluh jari saya akan cukup untuk menghitung mundur hingga hari di mana saya harus bangun dari mimpi yang indah ini, ya, saya akan kembali ke Singapura untuk melanjutkan hidup saya yang saat ini berada dalam stage hibernasi. Sungguh cepat waktu berlari, ataukah ia terbang? Saya tak tahu, yang jelas sudah hampir satu triwulan saya habiskan dengan berleha-leha di dalam dekapan sebuah RUMAH, dikelilingi orang tua dan keluarga saya, ditemani teman-teman dan sahabat-sahabat saya, dibuai oleh cinta yang berlimpah-limpah.
Agustus sudah melambai-lambaikan tangannya di hadapan saya, walaupun tak begitu saya gubris. Dan kini, ia menghampiri dan menepuk pundak saya, membangunkan kesadaran saya yang sedang tertidur lelap akan hidup yang sesungguhnya. Saya, mau tidak mau, harus kembali.
Saya tidak benci Singapura, saya tidak menghindari kenyataan bahwa saya harus kembali ke sana, tetapi rasanya mimpi saya di sini terlalu hidup untuk saya tinggalkan. *huff, menghela napas*
(+) Internet
Tak akan ada quota, tak akan ada modem yang sering kali tak bersahabat, tak akan ada acara rebut-rebutan bersama adik setibanya saya di sana, duduk manis di dalam kamar saya. Saya bisa online selama yang saya suka tanpa perlu memikirkan tagihan yang akan dipelototi oleh ibu saya, saya bisa download lagu sebanyak-banyaknya, chatting sesuka saya, meng-update status beberapa menit sekali, browsing ini dan itu tanpa perlu mikir ini dan itu. Intinya, internet dan saya akan kembali menjalin hubungan mesra dalam romantisme kami sendiri
(+) Menulis
Saya yakin saya akan lebih sering menulis ketika kembali ke sana. Di sana saya sendiri, tak ada yang mondar-mandir sambil mencuri-curi pandang ke arah layar computer saya dan menbuyarkan konsentrasi saya. Saya nyaris tak bisa menulis ketika ada orang yang ikut-ikutan membelalakkan mata menunggu huruf demi huruf yang jari saya ketikkan. Privacy akan lebih melindungi saya di sana dan membuat saya lebih banyak merenung, berpikir, dan berkarya.
(+) Aman
Keamanan yang lebih terjamin, itu yang saya pikirkan setiap kali saya akan pulang ke sana. Tidak perlu elaborasi yang lebih panjang, saya rasa, karena semua sudah mengerti. Hidup di Indonesia terlalu dipenuhi rasa was-was, apalagi setelah saya tahu ada sarang sindikat teroris di kota saya yang tercinta.
(+) Hang out
Jika di sini saya cukup sulit untuk untuk berkumpul dan hang out bersama teman-teman saya, di sana semua akan jadi lebih mudah: transportasi umum yang lebih terjamin, tingkat keamanan yang lebih tinggi, lebih banyaknya tempat-tempat yang bisa dijelajahi, lebih ini, dan lebih itu.
(+) Makan
Di sana tak ada yang bisa memaksa saya makan ini dan itu, sementara di sini saya selalu dipaksa makan banyak-banyak oleh ayah saya, tak perduli saya sudah kenyang atau belum. Ya, itu bentuk perhatiannya, saya tahu, tapi terkadang perut saya tak sanggup menerima pemaksaan itu.
(-) Kenyamanan
Kembali ke sana, saya akan kembali merasa sesak dan terjepit. Tidak ada lagi rumah dengan 4 kamar, sebuah ruang tamu, sebuah ruang keluarga, sebuah ruang makan, sebuah dapur, tiga buah kamar mandi, dan halaman yang luas. Rumah itu akan tergantikan dengan sebuah kamar sempit yang hanya beberapa meter luasnya, mengisolasi saya dari canda tawa adik dan orang tua saya. Tak ada suara orang lain, tak ada tempat untuk meregangkan otot-otot.
(-) Televisi
Saya akan sepenuhnya berpisah dengan televisi setibanya saya di sana. Tak ada lagi sinetron-sinetron yang setiap hari saya tonton bersama ibu saya, tak ada lagi acara infotainment yang melulu membahas Manohara, tak ada lagi berita-berita di TVOne dan Metro TV, tak ada lagi acara musik pagi-pagi, tak ada lagi Happy Song, tak ada lagi Take Me Out Indonesia, tak ada lagi Choky Sitohang. Dan, hei, saya juga akan melewatkan Take Him Out. Saya akan sepenuhnya putus hubungan dari televisi selama saya berada di sana.
(-) Barang-barang
Kembali ke Singapura, kembali pindahan, kembali bersih-bersih, kembali menata barang-barang, kembali tidur sendiri, kembali ke kemandirian, kembali merasa kamar terlalu kecil, kembali merasa barang terlalu banyak. Ya, barang saya banyak dan saya, mulai saat ini pun, sudah bingung harus mulai unpacking dari mana. *Huff, menghela napas lagi*
(-) Rindu
Dan sekali lagi, kerinduan terhadap tempat yang saya sebut rumah akan membuncah-buncah. Saya tetap akan rindu rumah, apa pun yang terjadi. Rumah adalah tempat saya belajar segalanya, rumah adalah tempat saya berlindung dari segala, rumah adalah cinta yang pertama dalam hidup saya. Rindu saya pada rumah akan tetap ada, senyaman apa pun kehidupan saya, saya yakin.
(-) Jalan kaki
Sekembalinya ke sana, jalan kaki akan jadi makanan saya sehari-hari. Tak ada lagi mobil yang siap sedia mengantar saya ke mana-mana, tak ada lagi air-con yang siap mendinginkan saya di perjalanan. Saya akan kembali bermandi peluh menyusuri berbagai tempat dengan kedua kaki saya. Olahraga, iya, tapi betis saya kemungkinan besar akan jadi korban. Hahaha.
Finally, saya akan kembali ke sekolah! Saya tak bisa mengkategorikannya sebagai positif atau negatif. Di satu sisi, saya senang akan kembali ke kampus: otak saya akan kembali berjalan dan hidup saya akan kembali dipenuhi tantangan yang mendebarkan. Namun, di sisi lain, saya benci meninggalkan fase stagnasi ini. Iya, saya tak berpendirian, biarlah.
~FeN~
Wednesday, July 22, 2009
After taking a break several years...
Labels: cintabuatmereka, curahancurahan~~ at 7/22/2009 08:37:00 AM
~FeN~
Sunday, July 19, 2009
Notitlestory
Labels: sisipuitis at 7/19/2009 08:55:00 AM
In the silence of the dawn, I thought
We’ve come so far and you’re moving so cold
Maybe I am not a girl you want to hold
‘Cause I have so many scars you hate a lot
Just a while ago you came
And just a second ago, you’re not the same
Perhaps you’re going to end the game
Since you think I am just too lame
You talked to me like the stars shooting down
Sky might be not blue and wood might be not brown
But I will always be the one who get the crown
I am the only one you don’t want to make fun
But this second I know
You just love my glow
When my flaws say hello, take a bow
You will pack your things and go
U're the best I've ever had
Saturday, July 18, 2009
Aku mawar
Labels: curahancurahan~~, sisipuitis at 7/18/2009 09:49:00 PM
~FeN~
Instantaneoulove
Labels: curahancurahan~~ at 7/18/2009 03:44:00 PM
Take Me Out Indonesia, sebuah ajang pencarian jodoh yang ditayangkan di Indosiar setiap Jumat malam pada pukul 21.30 WIB, mulanya tidak menarik perhatian saya. Saya hanya mendengar sedikit-sedikit tentang acara ini dari adik dan sepupu saya yang heboh sendiri hingga saya tanpa sengaja menonton siaran ulangnya hari sabtu yang lalu. Dan kemarin, saya kembali menonton reality show yang dipandu Choky Sitohang ini. Saya akui, acara ini menarik perhatian saya.
Take Me Out Indonesia, berbasis reality show, memiliki misi untuk menyatukan pria dan wanita single yang ingin membina hubungan. Iya, biro jodoh, begitulah kira-kira. Namun, menariknya, sistim percomblangan ini dibuat sedemikian rupa sehingga kedua belah pihak boleh memilih, bukan mak comblang yang membuat pilihan untuk mereka.
Kurang lebih tiga puluh wanita akan berdiri di tiga puluh podium yang telah disiapkan, menunggu seorang pria lajang keluar dari backstage. Dalam satu episode, sekitar tujuh sampai delapan pria akan dihadirkan di hadapan wanita-wanita cantik usia dua puluh ke atas yang sudah siap berkomitmen. Wanita-wanita ini bebas memilih untuk membuka atau menutup rapat-rapat pintu hati mereka untuk si pria. Jika merasa tidak sreg, mereka tinggal menekan tombol di podium mereka untuk mematikan lampu dan mengusir si pria jauh-jauh. Sampai pada tahap terakhir, di mana paling-paling hanya segelintir wanita yang masih ingin mengenal si pria lebih lanjut, giliran si Adam yang memilih. Dia akan mengajukan pertanyaan kepada wanita-wanita yang tersisa untuk memilih satu menjadi pasangannya. Lalu, si wanita akan ditarik keluar daari podiumnya dengan status ‘unavailable’.
Namun, tak semua pria akan mendapatkan pasangannya di acara ini. Setengah dari pria-pria yang hadir akan pulang tanpa gandengan. Semua wanita yang ada dengan brutalnya akan mematikan lampu podium mereka dan tak membiarkan si pria menunjukkan kepada mereka siapa dirinya. Sakit hati, pasti, tapi apa boleh buat, dia harus pulang.
Saya pribadi tertarik dengan acara ini, tapi saya sama sekali tak sepaham dengan konsep hubungan karbitan seperti ini. Tak sampai sepuluh menit saling bertemu muka, merasa tertarik karena hal-hal yang lebih bersifat keduniawian, saling berpegangan tangan, kemudian memulai sebuah hubungan. Oh lala.
Si wanita memilih si pria didasarkan first impression, perkenalan singkat dari si pria, sedikit testimonial dari orang lain, ataupun secuil performance yang ditampilkannya. Tak sedikit alasan klise mengusik gendang telinga saya: “Soalnya dia cute.”, “Saya suka cowok botak.”, “Gaya berpakaiannya ok.”, “Ganteng, sih.”, “Saya suka yang begini.”, atau “Yang begini lebih asyik.”. Tak dapat dipungkiri, first impression itu sangat mempengaruhi interaksi antarmanusia selanjutnya, tapi untuk sebuah hubungan yang berbasis jangka panjang, impresi fisik saja, bagi saya, sama sekali tidak cukup. Saya akui, ketampanan mampu membangun first impression yang baik. Saya yakin hampir semua orang suka dengan keindahan, tapi untuk membangun hubungan yang lebih intens, banyak hal yang harus dipikirkan daripada kekayaan fisik semata.
Sementara itu, si pria memilih satu dari beberapa wanita yang tersisa berdasarkan fisik (tentu saja) dan jawaban yang diterimanya dari pertanyaan-pertanyaan yang dia ajukan. Biasanya si pria lebih memilih yang jawabannya terdengar bijaksana dan baik hati, walaupun tetap ada yang memilih berdasarkan kecantikan semata, buta begitu saja. Namun, saya berpikir, bisa saja wanita-wanita itu mengarang-ngarang apa yang dikatakannya supaya mendapatkan kesan yang baik dari pria yang ditaksirnya dan segera memperoleh pasangan.
Lalu, pertanyaan saya, apakah hubungan yang diawali dari acara-acara semacam ini akan mampu bertahan lama? Perkenalan yang begitu singkat untuk komitmen yang sama sekali tidak singkat. Saya kurang yakin hubungan pasangan-pasangan yang terbina akan bertahan lama. Seperti memilih kucing dalam karung, begitu pikir saya, sungguh risky.
Saya sendiri lebih percaya kepada sesuatu yang bertahap. Ibaratnya ingin pergi ke lantai dua, kita harus melangkah setapak demi setapak meniti anak tangga untuk tiba di sana, tak bisa instan, menghilang di lantai satu dan muncul di lantai dua dalam waktu sepersekian detik. Mustahil. Nah, begitu juga dengan sebuah hubungan, harus dititi setapak demi setapak untuk sampai ke tujuan akhir. Mulai dari strangers, acquaintances, friends, hingga lovers. Butuh waktu, butuh proses, butuh tahap penilaian.
Bagaimana menurut anda?
~FeN~
Aku air, bagaimana pun aku
Labels: curahancurahan~~, sisipuitis at 7/18/2009 10:06:00 AM
~FeN~
Friday, July 17, 2009
Baru saja terjadi
Labels: yangtlahterlewati at 7/17/2009 10:48:00 AM
~FeN~
Monday, July 13, 2009
Pasar
Labels: curahancurahan~~ at 7/13/2009 03:09:00 PM
Dari timur matahari merangkak naik, meninggalkan malam yang masih mendengkur berirama. Beriring-iringan dengan sang surya, sekelompok manusia dengan keranjang-keranjang dan bakul-bakul mereka pun meninggalkan ranjang, bantal, dan selimut yang menjaga mereka sepanjang malam. Pasar adalah tujuan mereka, tempat yang mampu memastikan dandang nasi mereka mengeluarkan uap putih untuk mengisi perut sekian banyak jiwa di bawah atap mereka yang bisa saja terbuat dari genting mahal, kayu, beton, rumbia, bambu, seng, atau terpal saja.
Pasar adalah tempat penjual dan pembeli saling bertemu dan berinteraksi untuk menjalankan sebuah interaksi yang berbasis simbiosis mutualisme. Pedagang memperoleh laba dari apa yang mereka jajakan, sementara pembeli memperoleh kebutuhan hidup dari lembaran-lembaran biru, merah, dan hijau yang mereka belanjakan.
Berjuta cerita bisa didapatkan dari puluhan atau bahkan ratusan kios-kios di bawah naungan sebuah pasar. Saya yakin, pasti di dalam sana ada jutaan tawa, canda, tangis, dan amarah yang menghiasi hari-hari manusia yang berseliweran keluar dan masuk. Saya yakin, pasti ada jutaan kisah lainnya di depan dan di belakang semua ini. Jutaan demi jutaan kisah ini tak akan dapat disimak oleh satu pasang mata saja, apalagi oleh mata yang belum kenal dunia, seperti mata saya.
Pagi ini adalah satu dari sekian banyak pagi saya yang diisi dengan menemani ibu saya pergi ke pasar. Bagi saya, pasar adalah sebuah tempat yang menyimpan banyak sekali keunikan. Dulu sekali, saya tak pernah mau menemani mama saya pergi ke pasar, tempat yang begitu becek, jelek, gelap, dan suram. Namun sekarang, pandangan saya terhadap tempat suram yang disebut pasar itu sudah berbeda. Pasar adalah sebuah tempat yang begitu menarik.
#1 Tawar menawar
Pembeli ingin harga serendah-rendahnya, pedagang ingin untung sebanyak-banyaknya. Prinsip inilah yang dipegang dengan sangat kuat oleh kedua belah pihak yang berinteraksi di pasar. Akhirnya, yang terjadi adalah perang mulut: yang satu ingin menurunkan harga hingga batas minimal, yang lainnya merasa tertekan dan mati-matian menjaga harga tetap pada level yang ditetapkannya. Pemenangnya bisa siapa saja yang, tentu saja, lebih membutuhkan.
#2 Gosip dan pamer
Pasar bisa menjadi ajang perjumpaan ibu-ibu yang entah saling mengenal dari mana saja: ada yang ternyata teman masa kanak-kanak, ada yang saling kenal dari suami-suami masing-masing, ada juga yang saling tahu karena anak-anak mereka. Setelah mereka saling menyapa, kelanjutannya bisa ditebak: si A gini lho, si B ternyata gitu deh, anakku kenal sama si C, si D sekarang sombong banget, si E begini, si F begitu, si G, si H, si I, sampai si Z. Selain itu, sesi saling menyapa di pasar juga bisa menjadi ajang pamer bagi para ibu-ibu. Ada yang memamerkan anaknya yang kuliah di ujung dunia, ada yang memamerkan nilai anaknya, ada yang memamerkan pembantunya dengan dibawa ke pasar untuk menjadi tukang angkut, ada juga yang memamerkan hartanya dengan perhiasan kinclong dan baju wah yang dipakai untuk memilih-milih ikan yang bau amis.
#3 Siang
Semakin jauh posisi matahari dari rumahnya di timur sana, pasar menjadi semakin sepi. Terkadang dagangan yang dijajakan pun masih berlimpah ketika para pembeli sudah tak lagi menjejakkan kaki memasuki tempat ini. Lalu, saya berpikir, mau diapakan dagangan-dagangan itu? Apalagi bila barang yang mereka jual adalah sesuatu yang mudah busuk seperti ikan, daging, sayur, dan buah-buahan. Mungkinkah semua dagangan itu akan disimpan di dalam freezer lalu dijual lagi keesokan harinya? Apakah pedagang akan berpura-pura semua dagangan mereka masih segar padahal sudah ada peran serta pendingin? Apakah pembeli akan tertipu? Saya tak tahu.
#4 Pembunuhan
Pasar adalah juga sebuah tempat pembunuhan. Jutaan jiwa telah terbunuh di sana, saya yakin. Dan pagi ini, ketika saya, dengan mata kepala saya sendiri, melihat seorang pedagang kodok memenggal kepala dagangannya, membiarkan dagangannya itu menggelepar putus asa di atas timbangan sambil menegosiasikan harga dengan ibu saya, lalu menguliti satu demi satu kodok-kodok sawah itu, mencabut urat-uratnya, dan memotong tangan dan kakinya, saya menyadari bahwa selama ini saya jadi bagian dari pembunuhan-pembunuhan terencana itu. Saya kasihan pada nasib kodok-kodok itu, saya mual melihat cara mereka mati, dan saya memutuskan tidak mau lagi makan kodok. Mungkin suatu saat nanti, ketika saya melihat ayam atau sapi dibunuh, saya juga akan memutuskan untuk tidak memakan mereka. Lalu, hei, I will be a vegetarian!!!
#5 Higienitas
Becek dan bau, itulah kesan pertama saya setiap kali memasuki pasar. Air hasil pencucian daging, ikan, ayam, dan dagangan-dagangan lain bercampur dengan sisa-sisa hujan yang entah sudah ada di sana sejak kapan, ditambah bau amis dari darah-darah hewan yang berceceran di mana-mana, belum lagi tangan si pedagang yang bergantian memegang dagangan dan uang yang penuh kuman, membuat pasar menjadi semakin tidak higienis di mata saya. Lalu di antara pedagang-pedagang daging, ikan, dan sayur yang masih harus diolah lagi oleh pembeli, terselip pedagang makanan-makanan yang bisa langsung dimakan, seperti pempek, kue-kue, dan lauk pauk. Saya rasa, kuman-kuman pun akan ikut terselip. Higienis kah?
#6 Masih muda
Setiap kali saya ke sana, saya melihat dirinya. Dia masih sangat muda. Orangnya cantik dan terlihat sangat lincah. Kulitnya putih dan rambutnya selalu dikuncir ekor kuda. Namun, dia ada di sana bukan berstatus pembeli seperti saya, padahal usianya sama seperti saya, sama-sama belum menginjak kepala dua. Ia adalah pedagang, pedagang ikan. Baju yang dipakainya setiap kali saya ke sana selalu terpercik darah ikan yang disianginya untuk para pembeli. Diam-diam saya membandingkan diri saya sendiri dengannya. Di usia yang sama, nasib kami sungguh berbeda. Ia sudah keluar sama sekali dari dunia remaja, tulangnya sudah dibanting untuk menghidupkan kompor di rumahnya, sementara saya masih bergantung sepenuhnya pada orang tua saya. Saya pun berpikir, apakah dia tidak rindu untuk bersekolah dan mengejar mimpinya?
Hanya enam dari jutaan kisah yang terukir di sepanjang dinding pasar. Mata saya tak mampu melihat semuanya, apalagi mengelaborasikan semuanya. Pasar, dengan segala positif dan negatifnya, telah menghidupi jiwa dan raga kita seiring berputarnya bumi. Tak ada pasar, ke mana harus mencari makanan?
~FeN~
Sunday, July 12, 2009
Kini
Labels: curahancurahan~~, sisipuitis at 7/12/2009 07:05:00 PM
Thursday, July 09, 2009
Dan hari ini
Labels: cintabuatmereka, curahancurahan~~ at 7/09/2009 10:12:00 PM
~FeN~
Wednesday, July 08, 2009
Menunggu Hasil
Labels: curahancurahan~~ at 7/08/2009 10:54:00 PM
~FeN~
Pilpres 2009, Saatnya Rakyat Bersuara
Labels: curahancurahan~~ at 7/08/2009 11:14:00 AM
- Megawati Soekarno Putri dan Prabowo Subianto (Mega Pro Rakyat)
- Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono (Lanjutkan)
- Jusuf Kalla dan Wiranto (Lebih Cepat Lebih Baik)
~FeN~
Friday, July 03, 2009
B.O.R.I.N.G
Labels: curahancurahan~~ at 7/03/2009 09:34:00 AM
These two days, really, something has gone wrong I think.
~FeN~