Saturday, July 25, 2009

Kembali pulang???

Kembali, balik, pulang, atau apalah itu namanya, saya tak perduli. Yang kini ada di otak saya hanyalah kenyataan bahwa kesepuluh jari saya akan cukup untuk menghitung mundur hingga hari di mana saya harus bangun dari mimpi yang indah ini, ya, saya akan kembali ke Singapura untuk melanjutkan hidup saya yang saat ini berada dalam stage hibernasi. Sungguh cepat waktu berlari, ataukah ia terbang? Saya tak tahu, yang jelas sudah hampir satu triwulan saya habiskan dengan berleha-leha di dalam dekapan sebuah RUMAH, dikelilingi orang tua dan keluarga saya, ditemani teman-teman dan sahabat-sahabat saya, dibuai oleh cinta yang berlimpah-limpah.

Agustus sudah melambai-lambaikan tangannya di hadapan saya, walaupun tak begitu saya gubris. Dan kini, ia menghampiri dan menepuk pundak saya, membangunkan kesadaran saya yang sedang tertidur lelap akan hidup yang sesungguhnya. Saya, mau tidak mau, harus kembali.

Saya tidak benci Singapura, saya tidak menghindari kenyataan bahwa saya harus kembali ke sana, tetapi rasanya mimpi saya di sini terlalu hidup untuk saya tinggalkan. *huff, menghela napas*

(+) Internet

Tak akan ada quota, tak akan ada modem yang sering kali tak bersahabat, tak akan ada acara rebut-rebutan bersama adik setibanya saya di sana, duduk manis di dalam kamar saya. Saya bisa online selama yang saya suka tanpa perlu memikirkan tagihan yang akan dipelototi oleh ibu saya, saya bisa download lagu sebanyak-banyaknya, chatting sesuka saya, meng-update status beberapa menit sekali, browsing ini dan itu tanpa perlu mikir ini dan itu. Intinya, internet dan saya akan kembali menjalin hubungan mesra dalam romantisme kami sendiri

(+) Menulis

Saya yakin saya akan lebih sering menulis ketika kembali ke sana. Di sana saya sendiri, tak ada yang mondar-mandir sambil mencuri-curi pandang ke arah layar computer saya dan menbuyarkan konsentrasi saya. Saya nyaris tak bisa menulis ketika ada orang yang ikut-ikutan membelalakkan mata menunggu huruf demi huruf yang jari saya ketikkan. Privacy akan lebih melindungi saya di sana dan membuat saya lebih banyak merenung, berpikir, dan berkarya.

(+) Aman

Keamanan yang lebih terjamin, itu yang saya pikirkan setiap kali saya akan pulang ke sana. Tidak perlu elaborasi yang lebih panjang, saya rasa, karena semua sudah mengerti. Hidup di Indonesia terlalu dipenuhi rasa was-was, apalagi setelah saya tahu ada sarang sindikat teroris di kota saya yang tercinta.

(+) Hang out

Jika di sini saya cukup sulit untuk untuk berkumpul dan hang out bersama teman-teman saya, di sana semua akan jadi lebih mudah: transportasi umum yang lebih terjamin, tingkat keamanan yang lebih tinggi, lebih banyaknya tempat-tempat yang bisa dijelajahi, lebih ini, dan lebih itu.

(+) Makan

Di sana tak ada yang bisa memaksa saya makan ini dan itu, sementara di sini saya selalu dipaksa makan banyak-banyak oleh ayah saya, tak perduli saya sudah kenyang atau belum. Ya, itu bentuk perhatiannya, saya tahu, tapi terkadang perut saya tak sanggup menerima pemaksaan itu.

(-) Kenyamanan

Kembali ke sana, saya akan kembali merasa sesak dan terjepit. Tidak ada lagi rumah dengan 4 kamar, sebuah ruang tamu, sebuah ruang keluarga, sebuah ruang makan, sebuah dapur, tiga buah kamar mandi, dan halaman yang luas. Rumah itu akan tergantikan dengan sebuah kamar sempit yang hanya beberapa meter luasnya, mengisolasi saya dari canda tawa adik dan orang tua saya. Tak ada suara orang lain, tak ada tempat untuk meregangkan otot-otot.

(-) Televisi

Saya akan sepenuhnya berpisah dengan televisi setibanya saya di sana. Tak ada lagi sinetron-sinetron yang setiap hari saya tonton bersama ibu saya, tak ada lagi acara infotainment yang melulu membahas Manohara, tak ada lagi berita-berita di TVOne dan Metro TV, tak ada lagi acara musik pagi-pagi, tak ada lagi Happy Song, tak ada lagi Take Me Out Indonesia, tak ada lagi Choky Sitohang. Dan, hei, saya juga akan melewatkan Take Him Out. Saya akan sepenuhnya putus hubungan dari televisi selama saya berada di sana.

(-) Barang-barang

Kembali ke Singapura, kembali pindahan, kembali bersih-bersih, kembali menata barang-barang, kembali tidur sendiri, kembali ke kemandirian, kembali merasa kamar terlalu kecil, kembali merasa barang terlalu banyak. Ya, barang saya banyak dan saya, mulai saat ini pun, sudah bingung harus mulai unpacking dari mana. *Huff, menghela napas lagi*

(-) Rindu

Dan sekali lagi, kerinduan terhadap tempat yang saya sebut rumah akan membuncah-buncah. Saya tetap akan rindu rumah, apa pun yang terjadi. Rumah adalah tempat saya belajar segalanya, rumah adalah tempat saya berlindung dari segala, rumah adalah cinta yang pertama dalam hidup saya. Rindu saya pada rumah akan tetap ada, senyaman apa pun kehidupan saya, saya yakin.

(-) Jalan kaki

Sekembalinya ke sana, jalan kaki akan jadi makanan saya sehari-hari. Tak ada lagi mobil yang siap sedia mengantar saya ke mana-mana, tak ada lagi air-con yang siap mendinginkan saya di perjalanan. Saya akan kembali bermandi peluh menyusuri berbagai tempat dengan kedua kaki saya. Olahraga, iya, tapi betis saya kemungkinan besar akan jadi korban. Hahaha.

Finally, saya akan kembali ke sekolah! Saya tak bisa mengkategorikannya sebagai positif atau negatif. Di satu sisi, saya senang akan kembali ke kampus: otak saya akan kembali berjalan dan hidup saya akan kembali dipenuhi tantangan yang mendebarkan. Namun, di sisi lain, saya benci meninggalkan fase stagnasi ini. Iya, saya tak berpendirian, biarlah.

Apapun itu, positif atau negatif, saya tetap akan menerjang kembali ke Singapura untuk melanjutkan battle saya melawan hidup. Dan saya yakin, saya akan menang!^^

U're the best I've ever had
~FeN~

0 thoughts: