Beberapa jam yang lalu aku sama sekali tak merasakan hal ini, tapi sekarang aku merasa bahwa aku sepenuhnya belum dewasa.
Beberapa jam yang lalu aku menangis meraung-raung sambil mengumpat-umpat bahwa dunia ini tidak adil. Aku bagaikan seorang balita yang menginginkan sebuah mainan, tapi tidak ada yang mau membelikannya untukku. Tak berapa lama, seorang balita seumuranku datang, mengambil mainan itu, dan melenggang dengan riangnya menuju kasir.
Dia merampas mainanku, dia mengambil mainanku, dia mencuri milikku!!!
Begitu pikirku beberapa jam yang lalu.
Sungguh, kini aku malu dengan apa yang kulakukan saat itu. Aku benar-benar tak sadar bahwa mainan itu bukanlah milikku, jadi siapa pun boleh dengan senang hati mengambilnya. Toh, aku belum membayar. Walaupun mataku yang menangkap refleksi mainan itu terlebih dahulu, bukan berarti aku bisa melabeli benda itu dengan namaku. Bagaimana pun, mainan itu bukan milikku, dan aku harus terima itu.
Kini aku tahu, yang harus aku lakukan hanyalah mengikhlaskan semuanya. Tuhan pasti punya rencana yang lebih indah untukku, dan semua itu menanti di ujung sana.
Semua akan jadi indah pada saatnya.
Terimakasih untuk mama, papa, Delli, teman-teman sesama Plurkers, dan juga dia yang namanya belum boleh disebut. I owe you!!!
~FeN~
0 thoughts:
Post a Comment