Thursday, February 03, 2011

Kertas

Ketika aku, kamu, kita semua masih menjadi selembar kertas putih, orang dewasa selalu tampak begitu megah. Mereka besar. Mereka kuat. Mereka bisa memutuskan apa yang mau mereka lakukan. Mereka bahkan mampu memutuskan apa yang harus kita lakukan. Mereka pintar. Mereka menasehati kita. They are perfect.

Dan tentu, kita punya idola. Anak laki-laki ingin jadi seperti ayahnya, anak perempuan ingin menjadi ibunya, entah anak perempuan atau anak laki-laki ingin menjadi seperti idola mereka, entah itu paman, tante, atau siapa pun, mereka yang dewasa. Kita melihat mereka karena kualitas positif mereka yang tercermin di bola mata kita. Kita, kita yang masih putih, melihat mereka yang dewasa bagai tanpa celah. Perfect.

Tanpa kita sadari, waktu membukakan mata kita. Mereka tidaklah sempurna. Mereka tidaklah tanpa celah. Banyak hal dari dalam diri orang dewasa yang belum kita lihat ketika kita masih terlalu kecil untuk melihat dunia. Mereka menutupinya dengan hal lain, just to impress people.

Lalu kita yang menangkap realita seperti terjatuh ke dalam jurang yang begitu dalamnya. Kenyataan yang ada tak seindah apa yang ada di dalam benak kita yang masih putih.

Kita tumbuh, berkembang, dengan menyaksikan mimpi demi mimpi masa kecil rubuh begitu saja. Apa yang kita lihat salah. Orang dewasa bukan kertas putih besar, orang dewasa hanyalah kertas putih yang sama tapi dengan begitu banyak cat tertumpah di atasnya sehingga warnanya jadi begitu menjijikkan.

Tapi kita terus tumbuh, terus tumbuh dan berkembang, untuk jadi salah satu kertas warna warni menjijikkan. Shit.

Mengapa aku takut jadi dewasa?
Karena aku telah menyaksikan terlalu banyak kebohongan dalam hidup orang dewasa. Aku tak mau jadi salah satu dari mereka. Tolong biarkan aku tetap jadi kertas putih bersih. Aku tak mau jadi picik. Aku tak mau jadi tamak. Aku tak mau. Aku tak mau.

U're the best I've ever had
~FeN~

0 thoughts: