Tuesday, March 02, 2010

020310

Kesedihan yang seharusnya tak ada kini membuncah-buncah. Magma yang seharusnya hanya diam di dasar sana dalam kesendiriannya sekarang bergejolak dan berbuih-buih. Ia siap keluar ke permukaan dan bertransformasi menjadi lava, lava yang bisa kapan saja termuntahkan dan memenuhi semua ruang yang ada maupun tiada, lava yang menghancurkan dan melapisi semuanya, lava yang membunuh dan menerjang siapa saja.

Iya, kesedihanku bagai magma yang sedang terebus di perut bumi. Sesaat lagi ia tak kan lagi malu-malu menampakkan diri. Sesaat lagi ia akan bertransformasi jadi lava: air mata dan aku akan berenang-renang di dalamnya hingga aku melebur menyatu dengan lavaku.

Aku muak dengan dunia ini, dengan hidupku. Ingin aku lari saja, kembali pulang ke rahim ibu dan berenang-renang di dalam air ketubannya. Hanya aku dan dia, berdua. Tak perlu ada siapa-siapa, tak perlu ada apa-apa. Hanya aku dan dia. Aku rindu dia dan segala yang ia punya. Rindu, teramat sangat.

Kenapa dunia ini begitu menentangku? Ketika aku membuka mataku dengan penuh harap akan hari yang indah, segalanya seketika jungkir balik begitu saja. Segalanya tampak tak benar, segalanya seperti begitu salah. Kepalaku berdenyut-denyut, tenggorokanku seperti tertusuk-tusuk, dan aku harus beradaptasi dengan atmosfer kerja yang baru. Aku tak ingin di sini, aku tak mau duduk di depan komputer ini. Meja yang luas dan kosong ini membuat aku hilang arah, internet explorer yang tak henti-hentinya menampakkan judul not responding merebus darahku hingga mendidih, CPU yang mengaum secara berkala berhasil memuakkanku, dan aku hanya ingin satu hal: MENANGIS.

Bolehkah?

U're the best I've ever had
~FeN~

0 thoughts: