Thursday, March 12, 2009

Dari Rindu hingga Keyboard





#1 Rindu
Apa yang salah dengan diriku? Mengapa aku harus memikirkanmu, mencari-cari kehadiranmu? Mengapa aku ingin tertawa bersamamu, membicarakan bunga dan mimpi-mimpi bersamamu? Mengapa? Bahkan namamu pun aku tak tahu. Ah, kata Shakespeare, apalah artinya sebuah nama? Mawar tetap akan harum walau diberi julukan berbeda. Aku yakin kau tetap indah meskipun kau tak punya nama.
Wahai, Tuan Tak Bernama, rinduku padamu.

#2 Bodoh
Kelas HRM berakhir lebih cepat daripada biasanya dikarenakan jawaban yang harus dicatat tak sebanyak biasanya. Sekembalinya ke kamar, banyaknya rambut bertebaran dan remah-remah karet penghapus berceceran mulai terasa mengganggu. Jadwal bersih-bersih yang seharusnya setiap hari Jumat dimajukan menjadi hari ini. Diiringi lagu-lagu random dari Winamp, mini vacumm pun mulai dipekerjakan untuk menyedot debu-debu di sela-sela tombol keyboard. Layar pun juga tak ketinggalan, dibersihkan dengan seksama menggunakan kain dan cairan pembersih khusus. Lalu meja, bingkai-bingkai foto, lemari es, dan jendela dibersihkan dengan kain lap yang kemudian dicuci bersih lalu dijemur. Terakhir, lantai disapu dan dipel agar mengkilat. 
Hasil kerja yang memuaskan. Komputer pun kembali digandrungi. Tutorial menanti untuk dikerjakan, tapi sulit. Akhirnya Google pun didatangi. Kata kunci diketik. Tapi, tapi, tapi, kenapa spasi tak kunjung muncul walaupun sudah ditekan bahkan dengan tenaga kuda? Tidaaaaak, spasi koma, butuh perawatan intensif, tapi bagaimana? Waktu tak mengizinkan, ada tugas yang harus dikerjakan, belum lagi hidup yang mati tanpa internet seandainya Lenovo harus rawat inap.
Bodoh. Ingin membersihkan, malah merusakkan.
Akhirnya SMS dikirimkan kepada orang-orang yang kira-kira berpotensi memiliki keyboard cadangan. Terimakasih, Ahin!

#3 Kesal
Tiba-tiba saja, kekesalan itu datang. Tak pernah kuminta, tak pernah kunanti, apalagi kuimpikan, hati ini tiba-tiba saja menjadi tak karuan derunya. Ingin marah, merasa kecewa, sedikit rasa bersalah, semuanya bercampur menjadi satu. Bahkan semut tak berdosa yang berjalan tanpa dosa di atas meja belajarku pun membuatku kesal. Aku ingin menangis, tapi aku tak punya sedikitpun alasan yang mengizinkanku untuk berlinang air mata. Hanya kesal, atasi.

#4 Empati
Aku merindukan empati itu. Aku ingin merasakannya sekali lagi. Nyawa-nyawa dan jiwa-jiwa yang pergi diberikan penghargaan khusus. Mungkin tidak ditangisi, tapi setidaknya bersama-sama didoakan. Namun, apa yang kudapat di sini? Hanya beberapa hari berselang, tak ada lagi gaung kesedihan dan keingintahuan akan kebenaran. Jangankan beberapa hari, beberapa jam pun tak disisihkan untuk kembali melihat dan merenungi apa yang terjadi. Tak ada doa-doa bersama, tak ada masa hening. Hanya ada egoisme tingkat tinggi. Aku rindu doa-doa bergaung dari pengeras suara kecil di ujung ruangan itu.

#5 Civil Engineering Material
Pavement, steel, woods, polymer, masonry, dan concrete. Apa pun itu, aku harus berusaha mengerti tentang mereka sedalam-dalamnya. Aku telah berusaha untuk belajar sejak kemarin, tapi apa yang kubaca mengalir keluar dari lubang lain di otakku. Sepertinya kepalaku bocor.

#6 Dilema
Hidup ini dilema, penuh pilihan, tapi tak semuanya pilihan yang baik. Yang satu menjerumuskan, yang lainnya tak ada bedanya. Ibaratnya, berbelok ke kanan menjumpai singa, berbelok ke kiri mendapati buaya. Ingin aku terjun saja, menghindari buaya dan singa, tapi di depan ada jurang. Dilema, hidup ini dilema.

#7 Janji
Janjji dibuat untuk dilanggar. Iya, benar juga. Di mana letak estetika sebuah janji jika ia terus dijalankan dalam jalurnya? Janjimu padaku, hanyalah janji yang kau buat untuk kau langgar, dan aku hanyalah sedikit aksesoris dalam estetika janjimu. Aku tak mau lagi mendengar janji-janji, aku tak mau lagi mencabik-cabik hatiku sendiri.

#8 Kamar
St*pid NTU! Memaksa semua siswanya untukl hengkang dari hostel dan terlunta-lunta di jalanan. Bagaimana tidak pelajar-pelajar di sini stress dan butuh konseling??? Jelas saja stress, wong kebutuhan primer saja nyaris tidak terpenuhi. Karena sedikit prestise yang bakal didapatkannya, universitas ini tega membuang semua pelajarnya ke jalanan. Harus keluar tanggal 30 April, titik. Lalu, barang-barang yang jumlahnya tidak sedikit ini bagaimana? Mereka memberika storage facilities, tapi dalam jangka waktu terbatas dan untuk jumlah yang tidak banyak. Terms and conditions applied, begitu istilah mereka. Dan, sangat bisa ditebak, saya akan keluar dari hostel pada tanggal 30 April walaupun saya masih harus tinggal di negara aneh ini hingga 7 Mei, demi storage. Stupid!!!

#9 Techinical Communication report
Masih menanti pekerjaan mereka. Semoga apa yang telah ditanam berbuah manis dan dapat dituai dengan senyum.

#10 Exam Welfare Package
Masih punya daftar panjang untuk dicentang. Masih harus menghubungi satu demi satu perusahaan yang terdata dan mengirimkan proposal untuk meminta-minta sedikit produk mereka. Pengemis intelektual, julukan yang saya berikan bagi diri saya sendiri. Perasaan ditolak dan diterima sudah saya rasakan. Ada yang menolak dengan kasar, ada yang memikirkan baik-baik bagaimana perasaan saya yang membaca sebelum merangkai kata-kata. Ada juga yang menerima saya dengan mudahnya, ada pula yang memberikan harapan kosong lalu menolak. Entah halus, kasar, atau halus-kasar, intinya tetap sama, ditolak. Sepertinya saya harus bersiap untuk ditolak lagi. Ditolak dan ditolak. 

#11 Keyboard pinjaman
Berhasil mendapatkan keyboard dari Ahin, saya bahagia akhirnya menemukan kembali spasi yang telah hilang selama berjam-jam. Namun, keyboard ini sungguh menyiksa saya. Tombol yang keras dan besar, sangat berbeda dengan keyboard di laptop saya yang 12 inch. Alih-alih menekan tombol backspace, saya malah menekan tombol backslash. Ingin menekan m, malah menekan n. Saya masih terbayang keyboard saya yang kecil mungil. Ayo, adaptasi!!!

11 adalah angka yang sempurna, begitu kata Dewi Lestari.


U're the best I've ever had
~FeN~

9 thoughts:

Climax said...

Interesting blog/thoughts you've got here, Fen. Full contents with lotsa things to say. Definitely worth to be followed. Although, I don't read or speak Bahasa Indonesia very well but somehow, I can understand what you're talking about. Don't mind, I'm just a regular blog-hopper. Nice meeting you...

Anonymous said...

8) betul. setuju saya. tapi kalau saya sudah lemas sampai tak ada tenaga untuk marah. lagipula gak guna juga marah kalau jelas kita akan kalah, ya nggak?

~'FeN'~ said...

wow...
thanks for coming...
thanks for the comment also...

nice to meet you too...
^^

~'FeN'~ said...

@ livergirl: makanya, wajar kan kalo anak ntu pada stress... kita bukan butuh konseling, tapi butuh kamar!!!! >.<

Unknown said...

Hmm.. bingung dengan no.1...
Orangnya sudah pernah ketemu tapi tidak tahu namanya
atau
Memang belum ketemu dgn orangnya?

~'FeN'~ said...

orangnya memang belum ada, tapi merindukan kehadirannya... hihihi... ngejelimet ya...

Unknown said...

oo.. paham koq..
sangat paham.. hehehe

Anonymous said...

diusir bu???
yogya will welcome u...
:P

~'FeN'~ said...

sius nih e aku ke sano...
gangguin kau belajar...
hihihi...

selamat e dah punyo inet lage...