Saturday, October 25, 2008

Lagi-lagi masalah mulut

Saya heran kenapa kebanyakan orang ga bisa meng-acknowledge perasaan orang lain. Saya belajar di COM201 bahwa ada 3 tahap dalam menciptakan communication climate yang confirming, yaitu recognition, acknowledgement, dan endorsement. Recognition berkaitan dengan sapaan. Kita menyapa, kita menyadari bahwa orang lain exist, dan kita berusaha membangun communication climate. Sementara, endorsement adalah tahap di mana kita bisa menerima pendapat orang lain sepenuhnya. Menerima bukan berarti setuju. Kita menerima bahwa point of view orang lain beda dengan point of view kita dan kita menghargainya. Kita ga ngajak dia berantem karena pendapatnya beda sama kita.

Ya, ga usah jauh-jauh ke endorsement, kita bicara soal acknowledgement aja. Jangankan meng-endorse orang lain, meng-acknowledge aja banyak orang masih ga becus. Kita gagal meng-acknowledge orang ketika kita ga mendengarkan orang lain ngomong dan ketika kita ga memikirkan perasaan orang lain saat dia ngomong. Contohnya aja, saat orang lain lagi ngomong, kita dengan sengaja membuat dia kehilangan muka. Kalo istilahnya orang Palembang, 'nyampai'.

Saya ga suka ketika saya sampe kehilangan muka karena orang lain 'nyampai' saya, dan sebisa mungkin saya meng-acknowledge perasaan orang lain. Saya berusaha sebisa mungkin buat menanggapi apa yang orang lain omongin sama saya. Segimanapun ngga nyambungnya saya, saya tetap menanggapi apa yang orang omongin ke saya, seengganya saya tersenyum.

Tapi, sering banget orang lain ngga meng-acknowledge saya. Mereka ga mikir gimana sakitnya ketika saya ngomong, mereka malah mempermalukan saya dengan tindakan mereka, verbal maupun nonverbal. Mereka ga respon apa-apa, tanpa ekspresi apa-apa. Di kesempatan lainnya, mereka memutarbalikkan apa yang saya katakan, membuat saya kehilangan muka. Kadang-kadang, mereka menunjukkan facial expression yang bener-bener ignoring.  Saya langsung menyesal saat itu juga ketika saya sadar saya hanya membuang dan menginjak-injak muka saya sendiri. Saya menyesal pernah membuka mulut saya. Saya menyesal udah membangun communication climate dengan orang-orang ini.

Beberapa hari yang lalu, saya, sekali lagi, di-acknowledge dengan cara yang benar-benar ga terhormat. Hanya dengan beberapa detik kata-kata dan facial expression yang benar-benar irritating, saya merasa terbanting. Ga perlu saya ceritakan. Saya cuma mau bilang, mikir-mikir dulu kalo mau ngomong atau membalas omongan orang lain. Jangan sampe orang-orang lain jadi korban juga. Mungkin bagi kamu itu lucu, tapi mikir dulu, Mas, kalo kamu lagi ada si posisi yang 'diserang', kamu akan tetep ngerasa itu lucu ngga?

Kita berusaha menciptakan communication climate, yang tentunya confirming... Jadi, mikir dulu sebelum ngapa-ngapain. Keh?

U're the best I've ever had
~FeN~

0 thoughts: